Awasi Pengidap HIV/AIDS di Dolly

Dengan langkah itu, perkembangan penyakit para eks PSK tersebut diharapkan tetap terpantau. Mereka juga bisa berobat secara terkontrol.
Sementara itu, untuk para lelaki hidung belang yang suka jajan dengan PSK, dinkes memang tidak bisa berbuat terlalu banyak. Upaya dinkes hanya mempersering sosialisasi tentang bahaya penyakit itu. Sosialisasi tersebut juga dibarengi dengan ajakan untuk segera memeriksakan diri bila mengalami keanehan.
Tetapi, selama ini orang-orang itu memang kerap malu untuk menjalani tes HIV/AIDS. Sebab, ada anggapan sangat kuat di masyarakat bahwa penyakit tersebut bukan hanya masalah fisik, tapi juga imbas perilaku seksual bebas.
Konsultan masalah HIV/AIDS dari RSUD dr M. Soewandhie dr Ita Puspita Dewi SpKK mengungkapkan, mereka tidak hanya malu, tapi juga kerap takut bila ternyata terbukti mengidap penyakit tersebut. ”Jadi berimbas pada psikis,” ungkapnya.
Dia menyebutkan, pada tahap awal, HIV/AIDS memang tidak menunjukkan gejala sama sekali. Nah, kadang itu yang membuat orang lengah untuk memeriksakan diri. Bila daya tahan menurun dan kerap terserang penyakit, baru mereka sadar. Kalau sudah seperti itu, kondisi pasien sudah semakin buruk. (jun/c7/end)
SURABAYA – Pasca penutupan lokalisasi Dolly-Jarak, Pemkot Surabaya dihadapkan pada pekerjaan besar untuk memantau penderita HIV/AIDS.
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Pemilik Warung Ditemukan Tewas Bersimbah Darah, Diduga Korban Pembunuhan
- Gen Z di Jateng Disebut Jadi Agen Perubahan Transisi Energi
- Polisi Ungkap Praktik Prostitusi Online di Lhokseumawe, Tangkap 3 Tersangka
- Polres Tanjung Priok Raih Predikat Pengelolaan Anggaran Terbaik Kedua dari 139 Satker
- Kapal Feri Tenggelam di Peraian Penajam, BPBD Bergerak Mengevakuasi Penumpang
- Baliho di Jalan Protokol Pekanbaru Ditertibkan, Menteri Kehutanan Apresiasi Ketegasan Wali Kota