Azan Baru

Oleh Dahlan Iskan

Azan Baru
Dahlan Iskan di dalam Masjid Ghamkol Sharif di Birmingham, Inggris. Foto: disway.id

”Salaman itu kan sudah identik dengan budaya Islam,” katanya. ”Apakah nanti tidak berakibat merenggangkan silaturahmi antarorang Islam,” tanya anggota senam yang rajin itu --dengan latar belakang pendidikan S-2.

Baca Juga:

Tentu saya membenarkan salaman itu ciri khas orang Islam --di Indonesia. Untung ada seorang ustaz terkenal di grup senam saya itu. Maka saya minta tolong beliau saja yang menjawab: adakah ayat Quran atau hadis yang mewajibkan salaman.

Jangan-jangan dulunya, orang zaman dulu, sulit mengucapkan salam (asalamualaikum). Lalu ucapan itu dinyatakan dengan dalam bentuk bersalaman (berjabat tangan).

Saya punya teman Tionghoa. Ia ingin sekali bisa mengucapkan salam itu di depan umum.

Saya diminta untuk melatihnya. Saya merasakan betapa sulit --dan lama-- latihan untuk bisa mengucapkan salam itu.

Seperti juga orang dulu yang tidak bisa mengucapkan doa panjang. Apalagi doanya harus dalam bahasa asing/Arab. Misalnya doa agar diberi rezeki yang banyak (luwih-luwih).

Maka doa itu diwujudkan saja dalam sajian makanan. Yang di dalamnya harus ada lauk berupa sayur dari kluwih.

Saya tidak perlu menjelaskan asal usul salaman. Pasti komentar pembaca DI’s Way di bawah nanti akan lebih lengkap dan lebih benar.

Seumur hidup baru sekali ini saya mendengar azan seperti itu. Kalau misalnya itu dilakukan di Indonesia alangkah ributnya. Bisa-bisa dinilai anti Islam atau menghancurkan Islam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News