Bahkan Ada yang Berteriak, 'Hidup Malaysia!'

Bahkan Ada yang Berteriak, 'Hidup Malaysia!'
Pertandingan antara tim dari Desa Sungai Limau, Indonesia, dan kesebelasan desa dari negara tetangga, Malaysia, Jumat (20/3). Foto: Fathur Rozi/Jawa Pos

Luas Pulau Sebatik sekitar 247,5 kilometer persegi. Bagian selatan merupakan wilayah Provinsi Kalimantan Utara, sedangkan bagian utara masuk teritori Negara Bagian Sabah, Malaysia. Kota terdekat di antara keduanya adalah Tawau, Negara Bagian Sabah.

Titik di Desa Sungai Limau memang masih merupakan salah satu outstanding boundary problems (OBP), wilayah perbatasan yang belum terselesaikan. Di Kalimantan, total ada sepuluh OBP seperti yang terdapat di Sebatik Tengah itu. Lima titik di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara serta lima lainnya di Kalimantan Barat.

Selain di lapangan Desa Sungai Limau, keunikan juga terjadi di rumah pasangan Mappangara, 45, dan Hasidah, 37. Rumah itu terdapat di Patok III, Desa Ajikuning. Ruang tamunya berada di wilayah Indonesia, namun dapurnya masuk teritori Malaysia. Batas wilayah itu ditandai dengan patok dan dijaga petugas keamanan setiap waktu.

Desa Sungai Limau juga mempunyai lapangan bulu tangkis dan sepak takraw yang berada di wilayah perbatasan. Anak-anak desa biasa menggunakannya untuk olahraga sore. Memang ada batas seukuran patok bina marga untuk tanda daerah milik jalan (damija) di kota-kota besar. Tapi, itu bukan patok perbatasan.

Menurut Harman, untuk mengatur kawasan perbatasan seperti Sungai Limau, diperlukan sentuhan khusus. Tidak bisa dengan pendekatan keamanan, tapi lebih mengutamakan pendekatan kesejahteraan.

Dia yakin, jika saja fasilitas di Sebatik, Indonesia, diperbaiki, para TKI yang bekerja di Malaysia pasti pulang dengan membawa devisa. Bisa juga tenaga kerja asing atau warga Malaysia malah sering berbelanja ke Indonesia.

”Selama ini, mereka menghabiskan uangnya di Malaysia juga. Itu berarti orangnya pulang, tapi uangnya tidak pulang,” ungkap Harman, yang orang tuanya juga mantan TKI. (*/c11/ari)

 

PANAS masih terasa menyengat Jumat sore itu (20/3). Tapi, ratusan pemuda tetap bersemangat memenuhi pinggir-pinggir lapangan sepak bola di Desa Sungai


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News