Bakal Hemat APBN, PLN Siap Konversi LPG ke Kompor Induksi

Bakal Hemat APBN, PLN Siap Konversi LPG ke Kompor Induksi
Kompor Induksi. Foto : Humas PLN

Darmawan menjelaskan saat ini pemakaian LPG memang dianggap seakan-akan lebih murah dari kompor listrik. Padahal jika dicermati harga LPG di pasaran adalah harga dengan subsidi dari APBN.

Harga keekonomian LPG sebelum disubsidi APBN adalah Rp 13.500 per kg, yang kemudian Harga Eceran Tertinggi (HET) LPG subsidi dibanderol Rp 7.000 per kg.

Artinya, pemerintah mengeluarkan anggaran Rp 6.500 untuk subsidi per kg LPG.

“Jadi seakan-akan LPG ini lebih murah dari kompor listrik. Padahal ini membebani APBN. Ada komponen subsidi dari APBN sekitar Rp 6.500,” ujar Darmawan.

Menghitung perbandingan berbasis kalori, satu kilogram LPG setara dengan tujuh kWh listrik. Harga keekonomian satu kilogram LPG yaitu Rp 13.500 jelas lebih mahal daripada tujuh kWh listrik yang biayanya sekitar Rp 10.250.

"Harga keekonomian menggunakan LPG lebih mahal Rp 3.250 per kilogram dibandingkan dengan pemanfaatan listrik," jelas Darmawan.

PLN menilai konversi ke kompor induksi ini juga akan menjadi pintu masuk kemandirian energi, dari yang sebelumnya impor menjadi pemanfaatan listrik yang bersumber energi domestik.

“Subsidi yang selama ini digunakan untuk membiayai LPG, ke depan dapat dimanfaatkan untuk program yang lebih berdampak untuk masyarakat. Seperti pendidikan, infrastruktur, air bersih, dan sebagainya,” ujar Darmawan.(mcr28/jpnn)

PT PLN (Persero) menyatakan siap mendukung program konversi kompor Liquified Petroleum Gas (LPG) ke kompor induksi di tahun ini.


Redaktur : Elvi Robia
Reporter : Wenti Ayu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News