Bamsoet Pengin Pemilu Jadi Ajang untuk Happy
Bamsoet lantas mencontohkan hujatan kepada tokoh agama gara-gara berbeda haluan politik. Petinggi partai politik, presiden dan pimpinan lembaga-lembaga negara juga sering dicaci maki dan dilecehkan.
“Mereka dianggap tak mampu. Program pemerintah dianggap nihil. Perbedaan politik dikutuk. Kritik berubah menjadi pembunuhan karakter yang kejam. Fondasi berbangsa digoyang dengan isu SARA. Ditambah lewat strategi politisasi agama yang berakibat menguatnya politik identitas,” ujar Bamsoet.
Akibatnya, kebinekaan dalam bahaya. Bahkan semua orang cenderung merasa paling benar.
Di sisi lain kerukunan umat beragama justru dianggap tabu. Sementara akal sehat dianggap nista.
“Karena itu, sudah saatnya kita harus berani mengatakan secara tegas selamat tinggal, politik identitas,” katanya dalam Sidang Bersama DPR dan DPD yang dihadiri para pimpinan lembaga negara itu.
Mantan ketua Komisi Hukum DPR itu juga mengajak semua pihak memperkuat kembali sendi-sendi politik kebangsaan yang memberi ruang dan penghormatan terhadap kebinekaan demi menyuburkan kedamaian dan kebersamaan. “Sehingga semua warga bangsa merasa nyaman, hidup rukun dan bahagia dalam rumah besar Pancasila,” ujarnya.(boy/jpnn)
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Bambang Soesatyo menyatakan, berbeda pilihan politik bukan berarti harus berseteru. Bersaing tidak berarti bermusuhan.
Redaktur & Reporter : Boy
- Bambang Soesatyo Dukung UI Racing Team Berlaga di Ajang Formula Student Czech 2024
- Ketua MPR Publikasikan Hasil Riset Ilmiah 4 Pilar Kebangsaan, Ungkap Masalah di Kepri
- Catatan Ketua MPR: Mencermati Dampak Eskalasi Ketegangan di Timur Tengah
- Bamsoet Dukung Prabowo-Gibran Rangkul Parpol Lain di Luar Koalisi Indonesia Maju
- Bamsoet Apresiasi 60 Kader Pemuda Pancasila Terpilih dalam Pemilu Legislatif 2024
- Ketua MPR Bamsoet Ajak Masyarakat Hormati Putusan MK: Waktu Bertanding Sudah Selesai