Bang Emrus Pengin Jokowi dan Prabowo Kompak Tolak Isu SARA

Bang Emrus Pengin Jokowi dan Prabowo Kompak Tolak Isu SARA
Emrus Sihombing. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing mengatakan, Joko Widodo maupun Prabowo Subianto sama-sama tokoh pluralisme. Perbedaannya, mungkin hanya terkait partai politik yang bakal mengusung keduanya di Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 mendatang.

Menurut Emrus, kedua tokoh yang sama-sama menyuarakan pluralisme itu sebaiknya berada di barisan terdepan dalam penggunaan isu agama untuk politik.

Karena sama-sama tokoh pluralisme, Emrus mengusulkan Jokowi dan Prabowo sama-sama berada di barisan terdepan menolak penggunaan isu agama di Pilpres 2019. Menurutnya, kedua tokoh yang pernah bersaing di Pilpres 2014 itu harus kompak menyuarakan penolakan penggunaan isu agama demi Indonesia yang lebih baik.

"Bisa saja isu yang diangkat terkait agama menguntungkan kelompok tertentu. Tapi siapa pun yang maju di pilpres nanti tidak boleh membiarkan itu. Mereka harus kompak maju ke depan menolak, demi Indonesia yang lebih baik," ujar Emrus kepada JPNN, Kamis (19/4). 

Pengajar di Universitas Pelita Harapan itu lantas membuat analogi dua orang anak bertikai. Orang tua yang baik tidak akan membiarkan pertikaian berbuntut panjang dan tidak memosisikan anaknya sebagai pihak yang paling benar. 

"Begitu juga di pilpres nanti, andai ada eksploitasi hoaks, ujaran kebencian dan SARA (suku, agama, ras dan antargolongan, red) walau itu menguntungkan, harusnya yang diuntungkan lebih dahulu maju ke depan untuk menolak," ucapnya. 

Calon yang diuntungkan SARA, kata Emrus, semestinya bersuara lantang kepada para pendukungnya bahwa dia tidak mau menang dengan mengeksploitasi isu itu ataupun ujaran kebencian. Menurutnya, langkah itu penting demi menjaga pluralisme.

“Karena Indonesia berasaskan Pancasila yang berbeda-beda tapi satu. Analoginya, netral pada krisis moral sama saja dengan amoral," pungkas Emrus.(gir/jpnn)


Joko Widodo maupun Prabowo Subianto sebagai sesama tokoh pluralisme diharapkan bisa kompak menolak penggunaan isu agama untuk kepentingan politik.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News