Bank Dunia pun Mengakui Pariwisata Paling Menjanjikan bagi Indonesia

Bank Dunia pun Mengakui Pariwisata Paling Menjanjikan bagi Indonesia
Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah. Foto: Kemenpar

jpnn.com - JAKARTA - Melonjaknya pariwisata Indonesia ternyata tak luput dari perhatian Bank Dunia. Hal itu terlihat dari laporan kembaga keuangan internasional tentang optimismenya soal membaiknya perekonomian Indonesia.

Berdasar laporan triwulan III 2016, yang di-report Bank Dunia pada Oktober 2016  menyebutkan, pariwisata menjadi sektor paling seksi untuk jumping pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. Pariwisata berpotensi membuka keran investasi swasta, menciptakan lapangan kerja, menambah ekspor, dan memandu investasi infrastruktur.

Bank Dunia juga mereferensi World Travel and Tourism Council, bahwa setiap USD 1 juta yang dibelanjakan untuk sektor travel dan pariwisata bisa mendukung 200 lapangan kerja dan mendatangkan USD 1,7 juta PDB bagi Indonesia. Laporan Bank Dunia itu persis dengan presentasi yang sering dipaparkan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya di banyak momentum, bahwa investasi di pariwisata itu multiplying effect-nya paling dahsyat.

"World Bank mempertegas angka itu, multiplier effect-nya mencapai 170 persen dari total investasinya. Jika menanamkan modal USD 100 juta maka akan mendrive pergerakan ekonomi menjadi senilai USD 170 juta. Kalau banyak pejabat sering menyebut multiplying effect itu, saya sebut persentase angkanya," ujar Arief.

Menurut Arief, pariwisata adalah sektor penyumbang PDB, Devisa dan Lapangan Kerja yang paling mudah dan murah. Karena itu tidak salah jika Presiden Joko Widodo menempatkan pariwisata sebagai core economy bangsa ke depan. Dan karena itu, banyak Kementerian dan Lembaga wajib men-support Pariwisata untuk menuju target spektakuler 20 juta wisman di 2019.

Pertama, Pariwisata menyumbangkan 10 persen PDB nasional, dengan nominal tertinggi di ASEAN. PDB pariwisata nasional tumbuh 4,8 persen dengan tren naik sampai 6,9 persen, jauh lebih tinggi daripada industri agrikultur, manufaktur otomotif dan pertambangan. Membelanjakan USD 1 juta di sektor pariwisata juga menghasilkan PDB USD 1,7 juta atau 170 persen, atau tertinggi dibanding industri lainnya.

Kedua soal devisa. Saat ini, pariwisata masih di peringkat ke-4 penyumbang devisa nasional, sebesar 9,3 persen dibanding industri lainnya.

Namun, itu pertumbuhan penerimaan devisa pariwisata tertinggi, yaitu 13 persen dibandingkan industri minyak gas bumi, batubara, dan minyak kelapa sawit yang pertumbuhannya negatif. Sedangkan biaya marketing yang diperlukan hanya 2 persen dari proyeksi devisa yang dihasilkan.

JAKARTA - Melonjaknya pariwisata Indonesia ternyata tak luput dari perhatian Bank Dunia. Hal itu terlihat dari laporan kembaga keuangan internasional

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News