Bank Pusing

Oleh Dahlan Iskan

Bank Pusing
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Langkah mengambil alih BCA itu dinilai langkah yang brilian. Sangat tepat. Sangat menguntungkan. Sangat enak.

Benarkah demikian?

Itu juga hanya penilaian dari luar. Saya juga pernah berbincang dengan 'orang dalam' dari pemilik baru BCA. Ada nada menyalahkan diri sendiri –setelah sekian tahun memilikinya.

Sehebat-hebat langkah membeli BCA ternyata kalah hebat dengan yang membeli Astra International.

BCA dan Astra sama-sama harus dilepas oleh pemiliknya. Di waktu yang hampir bersamaan.

Liem Sieo Liong, konglomerat No. 1 Indonesia saat itu, harus melepas BCA. William Soerjadjaya, konglomerat terbesar No. 2 Indonesia saat itu, harus melepas Astra.

Dua-duanya terkait dengan krisis moneter 1998. Harga jual BCA dan Astra ketika itu kurang lebih sama.

Sekarang ini, keduanya masih sama-sama hebat. "Tapi dengan uang yang sama, hasilnya ternyata lebih baik kalau membeli Astra," ujar orang dalam itu.

Chairul Tanjung dan Tomy Winata adalah benteng terakhir nasionalisme kita di dunia perbankan. Saya tahu jiwa nasionalistis dua orang itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News