Banyak Pemuda Menganggur & Putus Sekolah, Bonus Demografi Jadi Malapetaka?

Banyak Pemuda Menganggur & Putus Sekolah, Bonus Demografi Jadi Malapetaka?
Para peserta, pemateri, pembahas dalam seminar dengan tema Antisipasi Capaian Outcome pada Bonus Demografi besutan Badan Pengurus Pusat Observasi Kesehatan Indonesia di Universitas Yarsi. Foto Mesya/JPNN.com

Dia menyebutkan banyak negara berguguran karena angka pengangguran yang tinggi. Misalnya, Arab Spring karena adanya pengangguran tinggi akhirnya ada revolusi. Hal ini harus dicegah.

Sebagai solusinya, Prof. Fasli mengatakan dimulai dari 1.000 hari pertama. Sejak remaja, calon pengantin dipersiapkan. Kapan persiapan hamil sampai melahirkan dan itu periode yang harus diamankan.

Intervensinya sudah jelas, misalnya ibu hamil harus minum tablet zat besi sekian kali agar tidak kekurangan zat besi. Jadi, indikatornya jelas dan mudah diprogramkan. Kalau tidak hati-hati, maka bayi akan lahir dengan berat badan (BB) rendah.

"Sebanyak 1-15 bayi mengalami BB rendah dan kalau tidak diatasi segera akan menjadi stunting," ucap Prof. Fasli.

Lebih lanjut dikatakan apakah Indonesia akan menikmati bonus demografi, tergantung pada kita sendiri. Apakah bisa memanfaatkan atau tidak, karena kita tahu apa saja yang mengganggu itu nanti, seperti dari kesehatan, pendidikan, keterampilan, pelatihan, transisi dari sekolah ke dunia kerja.

"Kalau kita tahu untuk memanfaatkan itu, maka harus melakukan intervensi, apalagi programnya sudah ada. Jadi, ini bukan hal baru, hanya kita kurang serius saja," ucap Prof. Fasli. (esy/jpnn)

Banyak pemuda menganggur dan putus sekolah dinilai menjadikan bonus demografi sesuatu yang membahayakan. Simak pendapat para pakar 


Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News