Barang Enak
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Jelas sekali: yang paling serius memikirkan sepak bola ialah pemilik klub. Bukan hanya serius, tetapi sudah gila yang tidak pura-pura.
Harta, waktu, dan tenaga dicurahkan habis-habisan, tetapi nasibnya ditentukan oleh mereka yang tidak serius. Tragis sekali.
Maka, kalau prinsip meritokrasi kita pegang, sebaiknya anggota dengan prestasi tertinggi punya suara terbanyak.
Misalnya, klub anggota Liga 1 masing-masing punya 10 hak suara. Anggota klub Liga 2 punya hak 5 suara. Klub-klub Liga 3 punya hak 2 suara. Provinsi tetap: masing-masing punya 1 suara.
Tentu komposisi itu bisa didiskusikan. Dipilih yang paling rasional.
Akan tetapi, rasanya, model demokrasi dalam PSSI tidak akan bisa memenangkan pikiran yang paling rasional sekalipun.
Maka setidaknya ada dua hal yang tidak rasional di PSSI: sulitnya terbentuk dream team dalam kepengurusan dan sulitnya merasionalkan hak suara.
Bertriliun uang dibelanjakan hanya untuk mendapat status gila. (*)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Presiden SBY pernah gemas melihat PSSI. Lalu mencoba turun tangan. Gagal. Jokowi juga gemas, tetapi berhasil mengintervensi. Ada Erick Thohir.
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Tim Redaksi
- Pasbata Minta Roy Suryo Setop Provokasi soal Isu Ijazah Jokowi
- Roy Suryo Sebut Tindakan Jokowi Lucu, Memalukan, dan Tidak Elegan
- Liburan Wu-Yi
- Di Ambang Juara Liga 1, Persib Dapat Kabar Baik Bertubi-tubi
- 5 Berita Terpopuler: CPNS & PPPK Semringah, Bagaimana Nasib Honorer Gagal Seleksi Paruh Waktu, Kapan Jadwal Ulang?
- PSM Gugur di Semifinal ACC, Liga 1 tak Punya Taring di ASEAN