Batu Ampar

Oleh: Dahlan Iskan

Batu Ampar
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Akhirnya kapal-kapal itu entah bagaimana.

Arham berhasil menghidupkan Djakarta Lloyd. Dia tetap pilih DL tidak perlu punya kapal sendiri. Yang penting DL bisa mengoperasikan kapal. Milik siapa saja.

DL-pun hidup lagi. Ketika Arham meninggalkan DL, perusahaan itu sudah punya kas-setara kas Rp 400 miliar.

Hari berganti tahun. Bulan berganti windu.

Lama sekali saya tidak mendengar Arham. Tidak tahu pula apa kabar terbaru Djakarta Lloyd.

Ketika saya diundang PWI ke Batam, beberapa bulan lalu barulah saya tahu: Arham ada di Batam. Dia jadi dirut pelabuhan Batu Ampar –tanpa memiliki pelabuhan.

Pelabuhan Batu Ampar masih milik otorita Batam.

Rupanya Arham berjuang keras agar pengelolaan pelabuhan itu diserahkan ke BUMN. Akan dia jadikan pelabuhan peti kemas pertama di Batam –pelabuhan peti kemas dalam pengertian yang sebenarnya.

Baru di akhir pemerintahan Jokowi keputusan diambil: pelabuhan Batu Ampar dijadikan pelabuhan peti kemas. Inilah satu-satunya pelabuhan peti kemas di Batam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News