Batu Himalaya

Oleh Dahlan Iskan

Batu Himalaya
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - Begitu banyak peristiwa. Begitu sedikit yang bisa ditulis DI's Way.

Ada 'air-keras-tidak-sengaja' yang menghadiri wajah tokoh antikorupsi Novel Baswedan. Ada Nurhadi yang akhirnya ditangkap Novel Baswedan.

Ada humor warisan Gus Dur yang bikin cilaka. Ada Ekasila. Ada Omnibus Law yang mendadak tiba di terminal akhir.

Baca Juga:

Belum lagi dokter-dokter yang meninggal karena pandemi. Juga mengapa kemampuan lab di kota sebesar Surabaya hanya sekitar 250 sehari --sementara Kota Padang yang lebih kecil bisa 2.500 per hari.

Begitu banyak peristiwa penting. Hanya satu yang bisa ditulis di DI's Way.

Akankah DI's Way harus punya wartawan agar 'yang banyak kejadian' itu bisa ditulis semua?

Haruskah saya memimpin tim liputan lagi? Seperti saat berumur 31 tahun --padahal umur saya sekarang sudah 69 tahun?

Kalau konflik India-Tiongkok, saya memang tidak tertarik. Tidak pernah tertarik, padahal betapa banyak pembaca yang juga ingin saya menulis konflik perbatasan itu.

Yang cebong tetaplah jadi anak kodok. Sampai airnya kering. Yang kampret tetaplah jadi anak codot sampai tidak ada lagi pohon.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News