Bawa Preman Tetap Dipalak, Hantu Pocong Diserang
Seperti ketika manggung di Lombok Timur. Tiga kru yang sudah berpakaian ala pocong menakuti beberapa orang yang penasaran dengan seramnya rumah hantu.
Tapi entah karena kesal atau berusaha melawan rasa takut, sambil teriak terkejut beberapa di antaranya malah menyerang pocong-pocongan itu.
“Ya karena tangan terikat dan tidak bisa bergerak bebas, kru-kru saya jadi babak belur,” ungkapnya.
Tak selamanya untung. Usaha hiburan pasar malam rakyat tak jarang juga buntung.
Di satu tempat, mereka biasanya sampai 20 hari. Termasuk pemasangan alat-alat hiburan. Hingga pindah ke tempat lain lagi. Kalau untung bisa raup Rp 10 juta di satu titik.
Tapi, kalau buntung tekornya tidak main-main sampai berjuta-juta.
“Ya seperti sekarang, banjir begini tanah juga jadi becek. Tidak mungkin nanti malam kami gelar hiburan, kasihan warga datang ke tempat seperti ini,” tukasnya. (*/r3/sam/jpnn)
MEREKA perantau dari Pulau Jawa, secara berombongan. Mencari nafkah hingga pelosok-pelosok desa seantero Nusantara. Kerap dipuja, tapi tak jarang
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor