Bayar Tunai, Jadi Kuno

Bayar Tunai, Jadi Kuno
Dahlan Iskan.

Sekali lagi saya jadi satu-satunya orang yang beli tiket kereta cepat dengan uang kontan. Meski hanya 35 RMB. Tiga lembar sepuluhan dan satu lembar lima renminbian.

Petugas memasukkan tiga lembar uang saya itu ke mesin. Hanya 35 RMB. Diperiksa palsu atau tidak. Sampai dua kali.

Bayar Tunai, Jadi Kuno

Rupanya sudah lama petugas itu tidak lihat uang. Kepekaan jarinya rupanya sudah berubah. Tidak bisa lagi meraba perbedaan lembar asli dan palsu.

Di Quanzhou saya makan siang. Di mie favorit saya: Lanzhou Lamian. Mie tarik Lanzhou. Saat mulai duduk pelayannya menunjuk sudut meja saya.

Di situlah tertempel barcode. Dia bilang: bayarnya nanti di pojok meja itu. Saya bilang bahwa saya akan bayar pakai uang.

Dia tampak kaget. Lalu lapor ke atasannya. “Ok,” jawab pelayan itu. Setelah berkonsultasi dengan bosnya. Untuk urusan bayar dengan uang tunai!

Saat tiba waktunya membayar, terjadi lagi apa yang saya lihat di stasiun. Kasirnya lama sekali mengamati uang itu. Palsu atau tidak. Dibolak-balik. Baru ok.

Zaman terus bergerak. Yang modern jadi kuno. Yang besar jadi punah. Hidup terus maju. Meninggalkan siapa pun yang tidak setuju.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News