BBM Subsidi Dipertegas

BBM Subsidi Dipertegas
BBM Subsidi Dipertegas

"Saya masih ingat ucapan Obama waktu pertama terpilih sebagai presiden Amerika Serikat. Dia bilang, anda pilih saya bukan untuk ambil keputusan mudah yang akan celakakan kita. Tapi keputusan sulit dan itu sangat penting," Budi menirukan ucapan Obama.

Budi sepakat bahwa subsidi memang harus ada tetapi mekanisme subsidi yang benar sebaiknya bukan dalam bentuk barang seperti dilakukan saat ini terhadap BBM. Subsidi terbaik disalurkan langsung kepada individu masyarakat. Salah satunya bentuk beasiswa kepada pelajar berprestasi.

Kalaupun masih sulit untuk dihilangkan seluruhnya, Budi menilai pemerintah sebaiknya memberikan batasan pasti atas besaran subsidi dari total harga BBM.

"Jadi katakan lah misalnya dipatok subsidinya Rp 2 ribu per liter. Kalau harga per liternya Rp 10 ribu maka harga jualnya Rp 8 ribu, subsidinya Rp 2 ribu itu. Supaya anggaran itu tidak sering diubah karena kredibilitas pemerintah bisa turun kalau sering mengubah anggaran. Tetapi lebih baik lagi jika subsidinya digunakan untuk konversi dari minyak ke gas," pikirnya.

Defisit neraca berjalan dikhawatirkan bertambah parah jika tidak ada kebijakan strategis pada sektor migas sebab defisit dari pos pendapatan investasi (income) yang menciptakan arus modal keluar (capital outflow) belum ada lawan.

"Kalau impor migas dan nonmigas kan ada lawannya yaitu ekspor. Tapi kalau defisit income tidak ada lawan. Sebab banyak perusahaan asing yang investasi di kita kemudian dia bawa pulang keuntungan di sini ke negaranya. Sebaliknya belum ada perusahaan kita yang berjaya di luar negeri melakukan hal sama seperti mereka untuk mengimbanginya," ulasnya.

Data PT Pertamina (Persero) mencatat konsumsi BBM bersubsidi jenis Premium (bensin) hingga kuartal pertama tahun ini atau sampai dengan 31 Maret 2014 mencapai sekitar 7,1 juta kilo liter (KL) atau 22 persen dari kuota penyaluran Premium Pertamina sebanyak 32,32 juta KL sepanjang tahun ini.
Realisasi ini mengalami kenaikan 1,63 persen dibandingkan dengan periode sama pada 2013 sebanyak 6,98 juta KL.

Sementara realisasi penyaluran BBM bersubsidi jenis solar naik 3,91 persen dari 3,7 juta KL pada kuartal pertama 2013 menjadi 3,85 juta KL pada kuartal pertama tahun ini.

JAKARTA - Kenaikan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi kembali menjadi ancaman defisit neraca berjalan yang bisa berdampak sistemik sampai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News