Beban Ekonomi Akibat Kasus Demam Berdarah di Indonesia

Beban Ekonomi Akibat Kasus Demam Berdarah di Indonesia
Seorang anak dirawat akibat menderita DBD. Foto: Antara/Kornelis Kaha

Kemudian dibahas bagaimana upaya dan kebijakan yang telah disusun dan diimplementasikan dalam menurunkan kasus DBD di Indonesia pada jangka pendek dan panjang.

Selain itu, bagaimana tantangan utama yang dihadapi dalam penanganan kasus DBD di Indonesia dari sisi masyarakat maupun penyedia pelayanan.

Dalam presentasinya, dr. Asik menyampaikan bahwa interaksi agent, host, dan lingkungan pada DBD merupakan suatu penyakit yang menempatkan semua orang memiliki risiko untuk tertular, dengan golongan tertinggi untuk penderita DBD adalah usia 0-14 tahun sebesar 49,8%.

Kasus DBD diperparah dengan adanya perubahan iklim yang terjadi saat ini.

Menanggapi situasi itu, dr. Asik menyampaikan terdapat beberapa strategi nasional dalam menanggulangi DBD di Indonesia menuju zero dengue death 2030.

"Seperti Koalisi Bersama Lawan Dengue yakni pemberantasan Sarang Nyamuk 3Mplus, melalui G1R1J (Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik) dan Pokjanal DBD menggerakan G1R1J," kata dia dalam keterangannya, Senin.

Inovasi terkini ialah pertama, teknologi Nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia sebagai upaya pelengkap Strategi Penanggulangan DBD.

Kedua, vaksin dengue yang telah disetujui Badan Pengelola Obat dan Makan (BPOM).

Kasus demam berdarah dengue (DBD) menyerang individu dapat memberikan dampak jangka panjang menyangkut kualitas hidup seseorang hingga tekanan pada keluarga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News