Bebas Panas Abu Vulkanik berkat Tujuh Bantal

Kisah Warga dan Relawan yang Selamat dari Letusan Merapi

Bebas Panas Abu Vulkanik berkat Tujuh Bantal
SELAMAT: Poniman dan keluarganya selamat dari awan panas Gunung Merapi. Foto: KARDONO SETYORAKHMADI/Jawa Pos

Dia tergesa-gesa turun dari mobil dan kakinya menginjak ke abu. Terasa sangat panas. Ponimin pun langsung buru-buru masuk rumah. Karena tak mengenakan sandal atau sepatu, kakinya melepuh. Dia kemudian langsung menelepon ke banyak orang, termasuk ke tim SAR. "Hawa belerang sangat menyengat dan terasa sangat panas," ucapnya. Ponimin meminta segera dikirim bantuan.

Celakanya, karena situasi masih sangat berbahaya, tim SAR tak berani langsung menolong. "Saya sempat emosional dan ngomong kata-kata yang tak pantas," tuturnya. Sebab, salah seorang yang ditelepon malah menyarankan untuk istigfar dan menunggu.

Bantuan datang sekitar pukul 23.00. Yang berani datang untuk menyelamatkan adalah Pandu Bani Nugroho, relawan SAR yang masih berusia 19 tahun. Dengan mengendarai sepeda motor trail, Pandu membawa tabung oksigen. Tapi, persis di depan rumah Ponimin, ban sepeda motor trail itu meletus. Pandu langsung membuang trail-nya dan berlari ke rumah Ponimin. "Saat itu, mereka hendak keluar tapi urung karena abunya masih sangat panas," ujar Pandu.

Pandu juga merasakan clekit-clekit di kakinya, meski mengenakan sepatu gunung yang tebal. Akhirnya, dia menyerahkan tabung oksigen. Semua pun lantas berpikir bagaimana caranya bisa keluar dari tempat tersebut.

Saat ribuan warga turun gunung untuk mengungsi, ada puluhan lainnya yang tetap nekat bertahan. Sebagian tewas dihujani wedhus gembel. Ada sekitar

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News