Beda Agama Sampai Kawin Lari, Alasan Warga Asing Mengikat Cinta di Depan Penghulu Australia
Liz mengakui pengalamannya menikahkan pasangan sesama jenis mempunyai kesan tersendiri untuknya.
Menjawab tantangan melalui diversifikasi
Photo: Hingga saat ini, Susanna sudah menikahkan lebih dari 170 pasangan yang 50 persen di antaranya adalah dilakukan dalam Bahasa Indonesia. (Supplied: Susanna Ichwandi)
Sementara Susanna memfokuskan diri pada pasangan Indonesia, di sisi yang lain pasangan sesama jenis, beda agama, dan beda bangsa, menjadi peluang pasar yang diisi oleh Liz.
Tidak hanya sampai di situ, Liz juga mengembangkan layanannya sampai ke Bali dan Lombok untuk klien dari Australia dan seluruh dunia.
"Saya bekerja sebagai bagian dari tim dengan teman-teman Indonesia saya, dan [kami] masing-masing berkontribusi dalam dalam tugas di dalam upacara tersebut," kata Liz.
Usaha ini sekaligus upaya mengatasi tantangan yang dihadapi Liz sekarang.
Photo: Merespon profesi celebrant yang semakin banyak, Liz mengajak warga Bali dan Lombok bekerja sama menyediakan jasa upacara penikahan. (Supplied: Liz Hayes)
"Seperti yang disebutkan sebelumnya, jumlah celebrant sekarang sangat banyak dan ini menjadi tantangan untuk celebrant penuh waktu seperti saya," kata Liz.
Jika upacara pernikahan di Indonesia identik dengan pemuka agama, di Australia, pernikahan pada umumnya diresmikan oleh mereka yang dikenal dengan sebutan 'celebrant'
- Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia
- Dunia Hari Ini: 26 Tahun Hilang, Pria Aljazair Ini Ditemukan di Ruang Bawah Tanah Tetangga
- Dunia Hari Ini: PM Slovakia Ditembak Sebagai Upaya Pembunuhan Bermuatan Politik
- Ramai-Ramai Tolak RUU Penyiaran: Makin Dilarang, Makin Berkarya
- Dunia Hari Ini: Aktivis Thailand Meninggal Setelah Mogok Makan di Penjara
- Tanggapan Mahasiswa Asing Soal Rencana Australia Membatasi Jumlah Mereka