Bekerja di Pedalaman Australia Mengubah Persepsi Orang Indonesia Tentang Masyarakat Aborijin

Bekerja di Pedalaman Australia Mengubah Persepsi Orang Indonesia Tentang Masyarakat Aborijin
Bekerja di Pedalaman Australia Mengubah Persepsi Orang Indonesia Tentang Masyarakat Aborijin

"Juga dijelaskan tentang orang aborijin yang punya sistem etika dan nilai yang berbeda dengan orang luar, dan kadang sulit dimengerti. Kita diminta untuk lebih peka," kata Yutthika.

Ketika tiba pertama kali di Papunya dan dikenalkan dengan situasi sekitar oleh manajer, Yutthika mulai merasakan pandangan warga yang seakan tidak bersahabat.

Toko itu menyediakan kebutuhan sehari-hari untuk komunitas aborijin yang populasinya sekitar 300 orang dan menyediakan bahan bakar untuk warga, pengunjung serta pelintas.

Toko itu dimiliki oleh komunitas dan pengelolaannya diserahkan kepada manajer.

Selain toko di komunitas itu juga terdapat klinik, sekolah, kantor polisi dan galeri seni.

Di Papunya bermuasal seni lukis kontemporer aborijin yang dikenal sebagai lukis titik (dot painting) atau Papunya Tula sejak 40 tahun lalu.

Bekerja di Pedalaman Australia Mengubah Persepsi Orang Indonesia Tentang Masyarakat Aborijin Photo: Seorang pelukis Martha MacDonald Napaltjarri di Papunya. (Supplied)

Pada hari pertama bekerja, tidak ada pembeli di toko yang kebanyakan ibu-ibu mendatangi kasir yang dijaga Yutthika.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News