Beramai-ramai Tinggalkan PKS dengan Tetesan Air Mata

Beramai-ramai Tinggalkan PKS dengan Tetesan Air Mata
MENANGIS : Sejumlah kader PKS di Bali tak kuasa menahan tangis saat menyampaikan pengunduran diri. Foto: Monica Rahayu/Radar Bali

jpnn.com, DENPASAR - Gejolak internal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Bali terus berlanjut. Pengurus dan kader inti yang berseberangan dengan kepemimpinan di DPP PKS saat ini memilih mengundurkan diri.

Mundur berjemaah juga dilakukan pengurus dan kader inti Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKS Bali. Air mata menetes dari para mantan pentolan, kader dan pengurus PKS saat pembacaan doa di kantor partai berlambang bulan sabit kembar itu di Jalan Tukad Yeh Ho III. No 1 Denpasar, Jumat (28/9).

Mudjiono yang sebelumnya ketua DPW PKS Bali bersama pengurus dan kader lainnya melepas atribut partai yang kini dipimpin M Sohibul Iman itu.

“Kami bersama-sama akan meletakkan kartu anggota kami di PKS," ujarnya.

Menurutnya, pengunduran diri itu sebagai ikhtiar melawan kezaliman. “AD/ART (anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, red) diinjak-injak sendiri oleh pengurus yang namanya DPP PKS dengan alasan yang tidak diketahui," ujarnya.

Aksi serupa juga dilakukan pengurus dan kader inti DPD PKS Tabanan. Ketua DPD PKS Tabanan Ngadenan yang memutuskan mengundurkan diri mengatakan, ada beberapa alasan yang mendasari langkah politiknya.

Menurutnya, DPP PKS saat ini sudah menabrak anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART). Bahkan, katanya, ada otoritarianisme di kepengurusan DPP PKS saat ini karena fungsionaris ataupun kader yang berseberangan mengalami persekusi karena dianggap tak loyal.

Ngadenan mengatakan, internal PKS mengalami pembelahan secara sistemik sejak 2016. Ada konflik dan pemecatan yang membuat PKS kehilangan kekuatannya. Khususnya menghadapi pemilu 2019.

Gejolak internal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) membuat pengurus dan kader inti di Bali yang berseberangan DPP memilih mengundurkan diri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News