Beras Bulog 20 Ribu Ton 'Busuk', PKS: Maunya Gampang, Impor Terus

Beras Bulog 20 Ribu Ton 'Busuk', PKS: Maunya Gampang, Impor Terus
Anggota Komisi IV DPR Andi Akmal Pasluddin. Foto: Humas DPR

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR Andi Akmal Pasluddin meminta pemerintah berhenti melakukan impor pangan besar-besaran. Dia menegaskan impor pangan menyebabkan transaksi berjalan mengalami defisit yang besar.

“Karena kita selalu maunya gampang, impor, impor, impor terus,” kata Andi dalam diskusi “Mampukah Indonesia Menghadapi Ancaman Resesi Dunia 2020?” di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (5/12).

Dia mengaku sudah menolak keras impor beras sebesar 2,2 juta ton pada 2018. Namun, impor tetap dilakukan. Yang terjadi sekarang Bulog menyatakan ada sekitar 20 ribu ton beras yang mengalami penurunan kualitas karena terlalu lama di gudang dan kena bencana seperti banjir dan lainnya.

“Sekarang bagaimana, yang di-declare Bulog baru 20 ribu ton yang rusak. Ada potensi satu juta ton (yang rusak) sebenarnya. Kemarin, kami rapat kerja dengan Bulog, ini satu juta bisa rusak kalau terus di gudang Bulog dan tidak keluar,” ujarnya.

Andi mengatakan, Bulog sekarang tidak lagi ditugaskan pemerintah menyediakan beras untuk program sosial seperti raskin dan rastra. Bulog harus masuk pasar komersial untuk menyalurkan berasnya.

Menurut dia, hal inilah yang menyebabkan Bulog kesulitan mengeluarkan cadangan beras yang  ada di gudangnya. Di sisi lain, kata Andi, Bulog harus terus membeli gabah dari petani.

“Sekarang pertanyaannya, sampai kapan ini? Itu kemarin yang 20 ribu ton rusak sudah sekitar Rp 160 miliar, kalau 200 ribu ton sudah Rp 16 triliun itu nilainya,” kata Andi.

Dia berharap pemerintah ke depan bersikap tegas. Andi menyatakan meskipun berada di luar pemerintah, PKS juga selalu mengingatkan eksekutif agar jangan sampai resesi ekonomi global mengancam stabilitas negara. “Saya berharap impor pangan yang gila-gilaan segera dihentikan, ya,” tegasnya.

20 ribu ton beras di gudang Bulog mengalami penurunan kualitas karena terlalu lama di gudang dan terkena banjir.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News