Beras Premium Belum Tentu Baik Bagi Kesehatan

Beras Premium Belum Tentu Baik Bagi Kesehatan
Beras. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

Proses produksi beras dari gabah secara garis besar melalui tahapan pemecahan kulit untuk melepaskan sekam dari gabah sehingga dihasilkan beras pecah kulit, selanjutnya dilakukan penyosohan untuk melepaskan kulit arinya sehingga dihasilkan beras yang putih bersih.

Pada proses penyosohan ini terjadi pengelupasan kulit ari beras, dampaknya beras kehilangan banyak protein, asam lemak esensial, vitamin B kompleks dan mineral yang terdapat pada kulit ari tersebut.

Makin tinggi derajat penyosohan dilakukan makin putih warna beras giling yang dihasilkan, semakin miskin zat-zat gizi.

Beras premium dengan persyaratan derajat sosoh min.100% (menurut SNI 6128-2015), bisa dibayangkan nilai gizi penting bagi tubuh yang terkandung pada kulit ari beras terbuang semua.

Adanya image di masyarakat bahwa beras premium lebih sehat dari beras medium tidaklah benar.

Pengolahan gabah menjadi beras hanyalah bersifat fisik sehingga tidak merubah nilai gizinya, bahkan penyosohan yang berlebihan seperti yang terjadi pada beras premium menurunkan nilai gizinya.

Kenapa kita harus membayar lebih mahal untuk beras yang nilai gizinya lebih rendah? Konsumen harus cerdas dalam memilih beras dan tidak terperdaya oleh iklan (BB/adv/jpnn)

Beras premium yang biasanya memiliki tampilan putih cerah/transparan, belum tentu baik bagi kesehatan.


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News