Berawal dari Bisikan Aman Abdurrahman di Nusakambangan

Berawal dari Bisikan Aman Abdurrahman di Nusakambangan
Aman Abdurrahman menjalani sidang tuntutan di PN Jaksel, Jakarta, Jumat (18/5). Foto: Ricardo/JPNN.com

Buku itu salah satunya mempengaruhi Syawaluddin Pakpahan dan rekanya yang menyerang anggota Polda Sumatera Utara.

”Syawaludin meskipun belum pernah bertemu muka dengan terdakwa (Aman, Red) namun sudah lama pmengenal terdakwa dari buku Seri Materi Tauhid yang dikarang terdakwa,” kata jaksa Mayasari.

BACA JUGA: Profil dan Catatan Tindak Kejahatan Aman Abdurrahman

Aman sebenarnya sudah meringkuk di penjara karena kasus bom Cimanggis pada 2004 dan divonis tujuh tahun. Setelah menjalani 4 tahun empat bulan dia pun dibebaskan pada 2008. Tapi, pada 2010, Aman kembali ditangkap karena terlibat pelatihan militer di Jalin Jantho Aceh bersama Abu Yusuf. Dia divonis sembilan tahun di PN Jakarta Barat. Pria kelahiran Sumedang itu rencananya akan bebas murni pada 17 Agustus 2017.

”Terdakwa Aman Abdurrahman tidak masuk dalam pengurus JAD. Namun diposisikan sebagai rujukan dalam ilmu Dien. Yang posisinya di atas amir/pimpinan JAD Pusat,” ujar Jaksa Mayasari. Posisi Amir Pusat ditempati oleh Zainal Anshori alias Qomarudin alias Abu Fahri. Sebelumnya dijabat oleh Abu Musa yang berangkat ke Suriah.

Jaksa Anita Dewayanti menuturkan bahwa Aman terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana terorisme. Aman Abdurrahman didakwa melanggar pasal 14 Jo Pasal 6 Perppu 1 tahun 2002 yang telah ditetapkan menjadi Undang-Undang 15/2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

”Menjatuhkan pidana kepada terdakwa Oman Rochman alias Aman Abdurrahman alias Abu Sulaiman dengan pidana mati,” kata Anita membacakan tuntutan. (jun/syn/wib)


Aman Abdurrahman, terdakwa kasus bom Thamrin, yang juga didakwa menggerakkan orang lain melakukan aksi terorisme, dituntut hukuman mati.


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News