Berbagi Pengalaman, Siti Atikoh Ceritakan Ganjar yang Memiliki Perspektif Gender

Ketidaktahuan akan masa depan, lanjut dia, membuatnya harus tetap menjadi diri sendiri dan terus bekerja, meskipun anak masih kecil dan suami sudah bekerja.
“Perempuan itu, kan, perannya banyak sekali. Banyak sekali, bagaimana menjadi diri sendiri, kemudian menjadi pendamping suami, bagaimana kita bisa men-support suami tetap dalam bekerja, dalam tanggung jawabnya sebagai seorang suami dan anggota masyarakat, belum lagi tanggung jawab kami menjadi sosok sosial,” ungkap Atikoh.
Bahkan, ketika sudah menikah, dia tetap tak putus sekolah. Yang menarik, Atikoh kala itu bekerja sebagai ASN dan ada peluang untuk meraih beasiswa ke luar negeri.
Ganjar sebagai suami, lanjut dia, mendukung dirinya bahkan hingga berangkat ke Jepang untuk bisa menuntut ilmu ke Tokyo University.
“Awalnya waktu mau diberangkat ke Jepang, saya mau mengundurkan diri (membatalkan beasiswanya) karena Alam masih kecil, masih TK. Tetapi justru Mas Ganjar (yang meminta untuk tidak dibatalkan),” ungkap Atikoh.
Oleh karena itu, Atikoh menilai perjuangan isu perempuan sebenarnya butuh dukungan laki-laki.
“Laki-laki yang memiliki perspektif gender itu sangat penting. Karena laki-laki itu mitra,” sambungnya.
Karena itu, penting bagi perempuan untuk terdidik. Pasalnya, orang tua itu sebagai madrasah pertama untuk anak dengan kemampuan yang dimiliki.
Siti Atikoh kala itu bekerja sebagai ASN dan ada peluang untuk meraih beasiswa ke luar negeri.
- Kisah Rina Santi, Sukses Menginspirasi Perempuan lewat Komunitas Women in Energy
- Perempuan Diajak Beraktivitas di Marina Suntastic Run 2025
- RS Siloam Skrining 1.000 Perempuan di Yogyakarta dalam 3 Hari
- Perempuan Berkarya Lintas Generasi Gelorakan Semangat Kartini Lewat Aksi Nyata
- 5 Berita Terpopuler: Kapan Pengisian DRH NIP PPPK? Simak Penjelasan Kepala BKN, Alhamdulillah Perjuangan Tak Sia-sia
- Peringati Hari Kartini, BEM UNUSIA Soroti Kontribusi Perempuan Dalam Pembangunan Nasional