Berbagi Peran Merawat Keberagaman Oleh Keluarga Gus Dur
Yenny Wahid menuturkan, Sahur Keliling ini telah menjadi program ikonik ibundanya untuk berbagi dengan kelompok warga yang tidak mampu.
Seperti mereka yang tinggal di kolong jembatan, pemulung, tukang becak, nelayan, pedagang maupun kelompok marjinal dan minoritas lainnya.
“Kenapa sahur? karena kalau buka puasa, semua orang bisa melakukannya. Orang gak puasa juga bisa ikut buka puasa. Tapi kalau sahur ya hanya orang yang memang mau puasa yang bangun sahur.” katanya.
Sinta Nuriyah juga merancang program Sahur Keliling ini tidak hanya sebagai acara sosial semata tapi juga kegiatan untuk mendorong keberagaman dan toleransi antar umat dan kelompok.
“Yang istimewa dari acara Sahur Keliling itu adalah ibu saya mewajibkan panitia penyelenggaranya harus antar agama. Harus melibatkan orang dari berbagai kelompok, tidak hanya orang Islam saja. Jadi ini bukan sekedar kegiatan sosial, tapi juga jadi ajang dakwah untuk toleransi.”
100 tokoh Berpengaruh Majalah TIME
Photo: Sinta Nuriyah masuk dalam daftar 100 Tokoh Berpengaruh Dunia Majalah TIME dalam kategori ikon dunia untuk gerakan toleransi beragama, feminis, kesetaraan gender, perjuangan untuk perempuan dan kelompok minoritas. (Detik.com)
Karenanya, dalam program Sahur Keliling ini, Sinta Nuriyah sering melibatkan kelompok agama minoritas.
Bahkan acara tersebut juga kerap dilakukan di gereja atau kelenteng.
- Dunia Hari Ini: Indonesia Kalah Melawan Irak Dalam Piala Asia U-23
- Orang Utan Sumatra, Hewan Liar yang Bisa Mengobati Dirinya Sendiri dengan Tanaman Obat
- Dunia Hari Ini: Jalan Raya di Guangdong Runtuh, 24 Orang Tewas
- Banyak Pekerja Start-Up yang Belum Tahu Haknya Sebagai Buruh
- Dunia Hari Ini: Ratusan Ribu Buruh Indonesia Turun ke Jalan Rayakan May Day
- Dunia Hari Ini: Aktivitas Gunung Ruang Kembali Meningkat