Beritanya Bikin Kim Jong-un Kesal, Reporter BBC Diusir

Beritanya Bikin Kim Jong-un Kesal, Reporter BBC Diusir
Kim Jong-un. Foto: www.teaparty.org

PYONGYANG – Bertugas sebagai jurnalis di Korea Utara bukan hal mudah. Terutama bagi jurnalis asing. Jika pemberitaan tidak menyenangkan hati warga maupun tokoh masyarakat setempat, jangan harap sang jurnalis bisa hidup tenang di negara tersebut. Bisa diintimidasi. Lantas, selamanya tak bisa kembali ke negara yang kini dipimpin Kim Jong-un tersebut.

Hal ini dialami Rupert Wingfield-Hayes. Koresponden BBC  tersebut harus meninggalkan Korut dengan tidak terhormat. Dia dan timnya dianggap menyampaikan berita yang tidak benar tentang Korut dan pemerintahan Kim Jong-un.

''Wingfield-Hayes telah mendistorsikan fakta dan realitas tentang Korut dalam liputannya,'' ujar O Ryong-il, pejabat pemerintah Korut.

Kemarin (9/5), bersama produser dan kamerawan BBC, jurnalis 49 tahun itu terbang meninggalkan Korut. Kabarnya, dia bakal pergi ke Tiongkok.  

Sebelumnya, pada Akhir April lalu, Korut membuat kejutan dengan mengundang total 128 jurnalis asing dari 12 negara untuk datang ke negaranya. Ada yang mendampingi tim penghargaan Nobel yang melakukan riset.

 Ada pula yang dijanjikan meliput kongres Partai Pekerja yang berkuasa. Wingfield-Hayes kebagian mendampingi tim Nobel. Nah, mestinya Jumat (6/5) dia bersama Maria Byrne, sang produser, dan Matthew Goddard, sang kamerawan, meninggalkan Korut.

Saat berada di bandara, tiga orang itu mendadak dihentikan petugas. Trio BBC tersebut langsung dibawa ke sebuah hotel untuk menjalani interogasi. Proses itu berlangsung selama delapan jam. ''Di akhir interogasi, Wingfield-Hayes dipaksa menandatangani sebuah surat permintaan maaf,'' terang BBC. Setelah meneken surat tersebut, trio BBC itu diperkenankan pergi dari Korut. Ketiganya tak boleh lagi masuk Korut. Selamanya.

Di tempat terpisah, koresponden BBC lain di Pyongyang, John Sudworth, menyatakan bahwa Jong-un kecewa dengan pemberitaan rekannya tersebut. Apalagi, dalam liputan bebasnya, Wingfield-Hayes juga sempat membuat reportase tentang rumah sakit anak-anak. Saat itu, dalam narasinya, dia menanyakan status rumah sakit yang terletak di ibu kota tersebut. Bahkan, dia sempat curiga rumah sakit itu palsu.

''Seluruh pasien di sini terlihat baik-baik saja dan tidak ada seorang dokter pun yang bertugas di sini. Semua yang kami lihat di tempat ini seperti rekayasa,'' ungkap Wingfield-Hayes dalam reportasenya tersebut. Dalam laporan lain, dia juga sempat cur­hat bahwa para petugas keamanan di Kim Il-sung Square tidak berkenan ketika BBC syuting di depan patung Sang Bapak Bangsa.

Setelah sempat diisolasi di ruangan yang berjarak 200 meter dari lokasi kongres, akhirnya para jurnalis asing diperkenankan meliput sebagian acara kongres Senin (9/5). Namun, hanya 30 orang. Dalam acara yang diliput itu, partai menyematkan gelar baru untuk Jong-un. ''Kongres memutuskan Kim Jong-un sebagai ketua Partai Pekerja yang baru,'' terang media pemerintah. Itu menjadi bukti baru dominasi putra mendiang Kim Jong-il tersebut di Korut.

''Mansae! Mansae!'' seru para peserta kongres saat Jong-un berpidato, menanggapi gelar terbarunya sebagai ketua partai. Mansae yang dalam bahasa Korea berarti hore merupakan ekspresi gembira massa partai. Mereka menyambut gembira ja­batan baru sang pemimpin. Selama ini, Jong-un memang pemimpin partai, tapi gelarnya adalah first secretary. Kini, gelarnya berubah menjadi Sekjen. (AFP/AP/Reuters/BBC/hep/c23/any/flo/jpnn)



Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News