Berkat Alat Pendeteksi Longsor yang Selamatkan Banyak Nyawa

Berkat Alat Pendeteksi Longsor yang Selamatkan Banyak Nyawa
BUKTI NYATA- Teuku Faisal Fathani di laboratorium kampusnya, Fakultas Teknik UGM. Foto: Bahana/Radar Jogja
Di ruangan yang penuh sesak dengan karya-karya penelitian, Faisal menunjukkan alat karyanya, mulai generasi pertama hingga ketiga. Alat generasi pertama dibuat secara sederhana karena hasil deteksi pergeseran dan pergerakan tanah masih dicatat secara manual.

Berbeda dengan alat generasi kedua dan ketiga, data yang muncul langsung direkam dalam memori dan dikirim secara online via internet. Kendati begitu, kerja alat generasi pertama, kedua, dan ketiga pada prinsipnya hampir sama."

Prestasi Gama EWS generasi pertama mendapat pengakuan dari dalam maupun luar negeri karena berhasil "menyelamatkan" warga di wilayah bencana. Kala itu, sekitar November 2007, alat yang awalnya bernama ekstensometer tersebut menyelamatkan 30 warga di Banjarnegara, Jawa Tengah.

Faisal menceritakan, di daerah rawan longsor tersebut, alat karyanya itu dipasang untuk memantau regangan tanah hingga maksimal 5 cm. Ketika hujan lebat turun dan retakan tanah melebar 5 cm, sirene secara otomatis berbunyi nyaring. Mendengar suara sirene tanda bahaya itu, warga cepat-cepat menyelamatkan diri sebelum longsor terjadi. Begitu warga meninggalkan rumah, tanah benar-benar longsor dan menimbun sebagian rumah mereka.

BERKAT alat pengintai longsor Gama EWS ciptaannya, Teuku Faisal Fathani PhD dinobatkan sebagai dosen berprestasi tingkat nasional 2013. Karya dosen

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News