Bertahan dari Covid-19 dengan Mengubah Pola Hidup
Oleh: Bambang Soesatyo

Alih-alih menghentikan penularan, mereka yang ahli sekali pun bahkan tak berani menghitung durasi pandemi global ini. Karena ketidakmampuan itulah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengingatkan semua orang bahwa wabah virus corona akan ada dalam kehidupan manusia untuk jangka waktu yang masih lama.
Apalagi, vaksin penangkal Covid-19 belum akan hadir dalam jangka dekat.
Kalau tidak segera disiasati, pandemi Covid-19 akan menghancurkan perekonomian dunia, dan segala eksesnya akan menghadirkan penderitaan bagi kehidupan begitu banyak orang.
Tak bisa dipungkiri bahwa kecemasan sudah menghinggapi banyak orang, termasuk para pemimpin negara kaya sekali pun.
Di Amerika Serikat (AS) maupun Inggris, jumlah pekerja yang meminta tunjangan pengangguran terus bertambah. Presiden AS pun mendesak semua gubernur negara bagian melonggarkan pembatasan sosial (lockdown) untuk memulai pemulihan ekonomi.
Ketika durasi pandemi Covid-19 terbukti tak bisa dihitung, yang muncul di awal adalah dilema; menunggu sampai akhir, atau bersiasat untuk mencegah kehancuran.
Kalau memilih menunggu, berapa lama pilihan waktunya? Ini pun tak bisa dijawab.
Mau tak mau dan juga sangat logis, pilihannya adalah bersiasat untuk bisa hidup berdampingan dengan virus corona.
Pola New Normal itu di antaranya harus tetap menjaga jarak, tidak bersalaman, tidak berangkulan dan tidak beradu pipi kiri pipi kanan.
- Dukung Pernyataan Menlu Sugiono, Wakil Ketua MPR: ICJ Harus Hentikan Kejahatan Israel
- Bertemu Rektor Univesiti Malaya, Ibas: Pentingnya Sinergi Akademik Lintas Bangsa
- Peringati Hardiknas, Waka MPR Dorong Kebijakan Penyediaan Layanan Pendidikan berkualitas
- Kuliah Umum di Universiti Malaya, Ibas Bahas Geopolitik, Geoekonomi dan Kekuatan ASEAN
- Ibas Tegaskan Indonesia dan Malaysia Tak Hanya Tetangga, Tetapi..
- Waka MPR Sebut Kehadiran Prabowo Saat May Day Wujud Komitmen Keberpihakan Kepada Buruh