Bikin Killing Field Damai, Menang Pilwali Enam Kali

laporan Wartawan Jawa Pos, KARDONO SETYORAKHMADI, dari Davao

Bikin Killing Field Damai, Menang Pilwali Enam Kali
Bikin Killing Field Damai, Menang Pilwali Enam Kali

"Masalahnya ya ekonomi. Saya bilang ke mereka, saya tidak ada urusan dengan ideologi dan saya menghormatinya. Namun, saya meminta mereka membantu keamanan. Saya rekrut mereka sebagai keamanan," ungkap Duterte. Begitu pula MNLF. Duterte lalu menjadikan Nur Misuari (chairman MNLF) sebagai sahabat. Semua kebutuhan dicukupi dengan satu syarat, Nur Misuari dan anak buahnya mau menjaga keamanan dan tak beraksi di Davao.

Untuk lebih mengambil hati mereka, Duterte membuat langkah kontroversial. Dia menjamin keamanan pentolan NPA dan MNLF dari penangkapan. "Sepanjang mereka (NPA dan MNLF) tidak melakukan aksi kekerasan, semuanya aman di sini, malah akan saya fasilitasi," tuturnya.

Janji Duterte bukan sekadar isapan jempol. Pada 1990-an, ketika Nur Misuari tak puas dengan pemerintah Filipina dan mengobarkan pemberontakan bersenjata di Jolo, dia menjadi buron yang dicari penguasa di Manila. Anehnya, Duterte malah menyediakan rumah "persembunyian" untuk Nur Misuari di Davao. Tindakan ini bisa dianalogikan sama kontroversialnya dengan seorang wali kota di Indonesia menyediakan rumah dan safe house untuk pimpinan OPM.

Namun, Duterte tak ambil pusing. Dia pun menjadi pemrakarsa perundingan damai Misuari dengan pemerintah Filipina. Selama di Davao, Duterte menjamin keselamatan Misuari. Bahkan, ketika perundingan berlangsung, dia mengeluarkan aturan tegas: tidak boleh ada senjata yang masuk ke Davao. Tentara dan milisi MNLF pun harus menaatinya tanpa kecuali. "Kalau mau perang, perang saja di hutan-hutan. Kalau di kota, harus berunding," tuturnya.

 

Davao pernah mempunyai julukan seram: The Killing Field. Selama masa itu sering terjadi gesekan antara polisi dan tentara Filipina versus pemberontak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News