Bisa Jadi Pelaku Bom Surabaya dari Janda Teroris

Bisa Jadi Pelaku Bom Surabaya dari Janda Teroris
Garis polisi melintang di Jalan Diponegoro, Surabaya, tak jauh dari Gereja Kristen Indonesia (GKI) yang disasar bom bunuh diri. Foto: Moh Mukit/JawaPos.Com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat terorisme Harits Abu Ulya menilai aksi teror bom bunuh diri di Surabaya telah direncanakan sejak lama. Menurutnya, aksi teror di tiga gereja itu juga tergorganisasi secara baik.

Harits mengatakan, berdasar pemilihan tempat dan bom yang digunakan maka pelakunya pasti sudah lama merencanakannya. “Karena butuh perakitan bom secara cermat, butuh orang yang punya kemampuan untuk merakit termasuk penyiapan bahan bom,” ujar dia, Minggu (13/5).

Selain itu, sambungnya, butuh waktu lama untuk menyiapkan pelaku bom bunuh diri atau yang lebih dikenal dengan istilah pengantin. Namun, pemilihan perempuan sebagai pelaku pengeboman bukanlah hal baru.

“Dilihat dari kasus tahun lalu rencana bom panci, calon pengantin adalah wanita. Dan memang ada beberapa wanita yang siap menjadi pengantin,” tambahnya.

Namun, Harits menegaskan bahwa sejauh ini belum terbukti pelaku bom bunuh diri di Surabaya adalah wanita. Tapi jika benar pelakunya wanita, maka kemungkinan besar adalah janda teroris.

“Kemungkinan mereka adalah janda dari terduga teroris yang tewas di tangan Densus atau istri dari napiter (narapidana terorisme, red) atau  janda dari para anggota ISIS asal Indonesia yang tewas di Suriah,” tutur dia.

Harits lantas mengaitkan insiden itu dengan kasus di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. “Kasus Mako Brimob hanya menjadi sesuatu yang menggairahkan bagi kelompok teror ini, jadi kasus Mako Brimob bukan menjadi pemicu utama,” ulasnya.

Pengamat terorisme meyakini aksi teror bom bunuh diri yang menyasar tiga gereja di Surabaya telah direncanakan sejak lama karena terorganisasi secara baik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News