Bisa Mengurangi Angka Pengangguran di Indonesia, Energi Terbarukan Harus Digarap Serius

Bisa Mengurangi Angka Pengangguran di Indonesia, Energi Terbarukan Harus Digarap Serius
Ilustrasi PHK. Foto: Antara

Untuk itu, energi terbarukan diyakini bisa menjadi salah satu strategi pemulihan ekonomi, pengembangannya perlu mendapat insentif dan stimulus.

Menurut Fabby, China, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Uni Eropa sudah membuktikan pengembangan ekonomi berbasis lingkungan bisa mengatasi krisis.

China, misalnya, memberikan insentif untuk pengembangan angkutan umum massal. Selain memangkas waktu perjalanan, konsumsi bahan bakar minyak bisa ditekan serendah mungkin.

Padahal selama ini, sudah menjadi rahasia umum bahawa China salah satu negara pengimpor bahan bakar minya terbesar.

"European Union memberikan stimulus berupa feed in tarif untuk pengembangan solar. Dan saat ini sejumlah negara di EU cukup berhasil mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya," kata Fabby.

Karena itu, menurut Fabby, pemberian insentif pada sektor energi terbarukan sangat penting bagi kondisi di Indonesia saat ini. Fabby melihat ini sebagai sebuah kesempatan.

Apalagi Indonesia menargetkan pada 2025 bisa mencapai 23% energi terbarukan. Indonesia juga berkomitmen mengurangi emisi hingga 29 persen pada 2030.

Direktur Program Koaksi Indonesia Verena Puspawardani mengatakan pemanfaatan energi terbarukan yang masih terbatas perlu didorong lebih agresif dengan berbagai terobosan, seperti kebijakan, pendanaan, teknologi, dan sumber daya manusia.

Jika energi terbarukan digarap serius, satu masalah, yakni pengangguran bisa diatasi, karena sektor ini membuka peluang lapangan kerja baru yang cukup besar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News