Boeing Tidak Transparan Soal Potensi Eror Fitur Baru Max 8?

Boeing Tidak Transparan Soal Potensi Eror Fitur Baru Max 8?
Fasilitas milik Boeing di Chicago, Amerika Serikat. Foto: REUTERS

jpnn.com, JAKARTA - Presiden Direktur Aviatory Indonesia Ziva Narendra menyayangkan Boeing yang tidak transparan soal fitur pada produk barunya tipe 737 Max 8. Menurutnya, Boeing sebagai produsen pesawat harus memberitahukan fitur atau sistem baru kepada maskapai dan pilot pengguna produknya.

Jika memang teknologi baru itu memiliki kerentanan terhadap situasi tertentu, sebaiknya penggunaannya untuk penerbangan komersial ditunda terlebih dulu. Ziva menuding Boeing tidak melakukan antisipasi atas potensi eror.

“Tapi untuk tipe 737 ini pesawatnya sudah diluncurkan duluan, harusnya dikaji lebih dalam dulu. Ini yang membuat banyak khalayak penerbangan melihat adanya kurang preventif di sini,” kata Ziva, Senin (19/11).

Ziva menuturkan, Boeing saat akan meluncurkan pesawat tipe 787 beberapa tahun lalu juga pernah mengalami masalah pada baterai yang rentan terbakar saat mengudara dan berada dalam tekanan tertentu. Namun, pada saat itu Boeing akhirnya memperbaiki terlebih dulu dan menunda peluncuran komersilnya.

Seperti diketahui, seminggu setelah kecelakaan Lion Air, Boeing baru memberitahukan adanya potensi bahaya dari sistem itu melalui sebuah buletin kepada berbagai maskapai penerbangan di seluruh dunia yang menggunakan pesawat Max 8.

“Kami telah mengeluarkan Operations Manual Bulletin (OMB) untuk awak pesawat untuk mengatasi keadaan di mana ada input yang salah dari sensor AOA,” ujar Boeing dalam pernyataan resminya.

Sistem AOA ini sejatinya didesain untuk membantu pilot untuk menghindari ketika menaikkan hidung pesawat terlalu tinggi yang sehingga bisa menyebabkan stall.

Namun efek dari kesalahan yang mungkin terjadi dalam sistem adalah dapat membuat hidung pesawat turun secara tiba-tiba dan sangat kuat sehingga pilot tidak dapat menarik kembali bahkan ketika kemudi pesawat diterbangkan secara manual. Dalam buletin itu, Boeing juga menyebutkan bahwa akibat efek tersebut pesawat dapat menukik turun atau jatuh.

Untuk tipe Boeing 737 ini pesawatnya sudah diluncurkan duluan, harusnya dikaji lebih dalam dulu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News