Bombardir Syria, Presiden Macron Panen Pujian

jpnn.com, PARIS - Aksi militer Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis di Syria mulai berdampak bagi Perdana Menteri (PM) Theresa May dan Presiden Emmanuel Macron.
Kemarin (16/4) May diminta mempertanggungjawabkan keputusannya di hadapan majelis rendah parlemen. Sebaliknya, citra Macron justru semakin positif pasca serangan rudal tersebut.
’’Inggris membutuhkan War Powers Act baru yang mengharuskan pemerintah mempertanggungjawabkan seluruh keputusannya terkait dengan pertempuran kepada parlemen,’’ kata Ketua Partai Buruh Jeremy Corbyn sebagaimana dilansir BBC kemarin, Senin (16/4).
Keputusan May, menurut dia, salah besar. Sebab, perempuan pemimpin itu seenaknya memutuskan untuk mendukung aksi militer AS di Syria.
’’Padahal, dia bisa dengan mudah memanggil para legislator yang sedang reses untuk merundingkan rencana tersebut. Atau, dia bisa menunda keputusan tersebut sampai masa reses Paskah para legislator berakhir,’’ gerutu Corbyn.
Sebagai PM, May harus mendapatkan restu parlemen sebelum mengambil keputusan besar yang berdampak serius bagi pemerintahannya. Tapi, akhir pekan lalu, dia tak melakukannya.
Selain Partai Buruh, dua partai juga mengecam May. Yakni Scottish National Party alias SNP dan Liberal Democrat Party.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mendapat reaksi hangat atas keputusannya membombardir Syria bersama Inggris dan Amerika Serikat
- Sekjen PBB Tegaskan Serangan Israel Pelanggaran Terhadap Kedaulatan Suriah
- Macron Tegaskan Tak Ada Tempat untuk Kebencian dan Rasisme di Prancis
- Presiden Macron: Serangan Israel di Beirut Tak Dapat Diterima
- Ukraina & Suriah Perkuat Hubungan Diplomasi Kemanusiaan di Tengah Invasi Rusia
- Dunia Hari Ini: Assad Buka Suara Lebih dari Seminggu Setelah Digulingkan
- Erdogan Jorjoran Menyokong Musuh Assad, Apa Kepentingan Turki di Suriah?