Brexit Kacau, Inggris di Ambang Malapetaka

Brexit Kacau, Inggris di Ambang Malapetaka
Warga pro-Uni Eropa saat aksi demonstrasi menuntut referendum ulang Brexit di London, Foto: Reuters

jpnn.com, LONDON - Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May mengeluarkan senjata pemungkasnya menjelang voting parlemen. Sebuah jaminan tertulis dari Uni Eropa (UE) bahwa kebijakan backstop tidak akan permanen.

Tapi, korespondensi May dan UE yang kemarin, Senin (14/1), dirilis ke publik itu tidak membuat parlemen puas.

"Ada oknum di Westminster (gedung parlemen) yang ingin menunda dan bahkan membatalkan Brexit (British Exit)," kata May dalam pidatonya di hadapan para buruh di Kota Stoke-on-Trent sebagaimana dilansir Reuters.

Tapi, dia tidak akan menyerah. Brexit tidak boleh batal. Jika perlu, Inggris akan nekat meninggalkan UE tanpa kesepakatan. Artinya, dia memilih opsi no-deal Brexit yang berisiko tinggi.

Hengkang dari UE tanpa kesepakatan sama saja rugi. "Ini malapetaka. Realistis saja," kata mantan Jaksa Agung Dominic Grieve, politikus Partai Konservatif, kepada Sky News.

Tanpa kesepakatan yang jelas, Brexit akan memicu status darurat di Inggris. Sebab, roda pemerintahan tidak akan bisa bergerak. Lembaga-lembaga penting tidak akan bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Dewan Kent County menyatakan bahwa no-deal Brexit akan membuat layanan publik macet. "Tidak akan ada yang mengurus mayat. Arus lalu lintas akan kacau dan para siswa tidak akan sampai ke sekolah tepat waktu," ungkap jubir dewan tersebut kepada The Week.

Dalam surat resminya ke UE, May meminta Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker dan Presiden Dewan Eropa Donald Tusk menetapkan batas waktu penerapan backstop.

Posisi pemerintah Theresa May benar-benar terjepit. Brexit tanpa kesepakatan akan membuat roda pemerintahan tak bisa bergerak

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News