Bu Ani yang Saya Kenal

Oleh Zaenal A Budiyono*

Bu Ani yang Saya Kenal
Ani Yudhoyono. Foto: Agus Wahyudi/Jawa Pos

Tahun 2005 pertama kali saya bergabung dengan Sekretariat Sespri Presiden sebagai profesional. Tugas utama saya dan tim adalah melakukan analisis terhadap berbagai isu (opini) yang berkembang, serta menyusun rekomendasi untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Memasuki periode kedua pemerintahan Presiden SBY pada 2009-2014, pos saya bergeser ke Kantor Staf Khusus Presiden. Tugasnya tidak jauh dari komunikasi massa.

Namun, kali ini ada satu tugas tambahan: membantu menyusun pidato (speechwriter) bagi Bu Ani selaku first lady. Meski bangga dipercaya menyusun pidato first lady, awalnya saya sempat ragu apakah bisa perform di tugas ini. Pasalnya, latar belakang saya dari political science, sangat berbeda dengan domain ibu negara yang lebih banyak mengelola isu kesejahteraan, pendidikan, sosial, kesehatan dan perempuan.

Namun, di situlah saya belajar banyak dari Bu Ani. Secara umum saya bisa gambarkan sosok Ibu Ani sebagai pribadi yang detail.

Tentu banyak sisi lainnya sebagaimana dikupas banyak pihak. Sekali lagi, saya hanya menyoroti apa yang relevan dengan pekerjaan saya dalam membantu beliau.

Perihal kedetailan beliau, pernah suatu waktu pada pukul 01.00 dini hari beliau menelepon saya (melalui ajudan) untuk mengoreksi satu kalimat yang menurutnya ambigu. Itu ritual rutin Bu Ani jika besoknya akan mengadiri suatu acara: memastikan semua on the track, termasuk pidato.

Mundur sedikit ke belakang, setiap penyusunan pidato, saya diberikan beberapa lembar kertas berisi tulisan tangan Ibu Ani. Notes berisi tema yang dikehendaki beliau, sistematika dan alur speech, beberapa data yang harus dimasukkan, dan istilah-istilah yang akan ‘di-mention’ secara khusus.

Dengan kata lain, sejatinya notes tersebut sudah berisi pidato itu sendiri. Saya hanya merapikan sistematika, alur dan tata bahasanya.

Saya kena tegur Bu Ani karena mengganti istilah Rumpin -akronim program Rumah Pintar- dengan kata dalam Bahasa Inggris tanpa menyertakan istilah aslinya dalam Bahasa Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News