Bu Dokter Bilang, Ini Ular Pemberian Korban Gigitan

Bu Dokter Bilang, Ini Ular Pemberian Korban Gigitan
Dokter Tri Maharani menunjukkan ular yang diawetkan dalam botol. Ular-ular itulah yang menggigit pasiennya. FOTO: RAMONA TIARA VALENTIN/JAWA POS RADAR KEDIRI

”Apalagi, antivenom-nya juga baru ada tiga di Indonesia,” katanya.

Berbagai peristiwa menegangkan dalam penanganan pasien pun sudah tuwuk dijalani Maha. Terutama kalau pasien sudah sangat terlambat ditangani. Misalnya, pasien baru berobat setelah tergigit tiga bulan sebelumnya.

Atau, pasien yang cara penanganan pertamanya salah. ”Sebab, banyak yang masih mengira bisa ular mengalir melalui pembuluh darah. Padahal, melalui limfa,” papar dia.

Untuk mereka yang tergigit ular dan sedang jauh dari berbagai fasilitas kesehatan, Maha menyebutkan, yang paling penting adalah imobilisasi atau dibuat tidak bergerak selama 24–48 jam.

Jejak pertautan Maha dengan bisa ular itu sejauh ini tersimpan tak hanya di rumah sakit tempatnya bekerja, tapi juga di rumah tempat dia tinggal. Kepada Jawa Pos Radar Kediri, dia menunjukkan ular-ular yang tersimpan dalam botol air mineral ukuran 1 liter. Terendam dalam cairan formalin.

”Ini ular pemberian korban gigitan,” tutur Maha.

Maha sering menggunakan ular-ular itu untuk bahan edukasi. ”Sebenarnya, ada banyak. Tapi, sebagian di rumah sakit,” tutur perempuan kelahiran Kediri 47 tahun silam itu.

Sadar bahwa ilmu yang ditekuninya langka, Maha selalu membuka pintu kepada siapa saja yang tertarik untuk mempelajarinya. Itu dia lakukan sebagai bentuk pengabdian dan penghargaan terhadap nyawa sesama manusia.

Tri Maharani merupakan satu-satunya dokter pakar bisa ular di Indonesia, dokter dengan spesialisasi emergency medicine.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News