Bulog Serap Gabah dan Jagung Petani, Ekspor Dilakukan Bila Gudang Penuh

Bulog Serap Gabah dan Jagung Petani, Ekspor Dilakukan Bila Gudang Penuh
Mentan Amran dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian mengadakan rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI. Selain dihadiri Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman beserta para pejabat Eselon I dan II, juga juga hadir manajemen dan para Direksi BUMN sektor Pertanian serta Kepala Dinas Dari sepuluh wilayah sentra padi.

Dalam sesi penjelasan, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyatakan, Bulog menargetkan ekspor beras ke sejumlah negara tetangga pada pertengahan tahun 2019 mendatang. Target ini diprediksi akan berlangsung seusai panen raya pada pertengahan bulan April hingga akhir Mei 2019.

"Makanya kita targetkan bulan januari sampai april itu kita akan menyerap 1,8 juta ton beras dari petani. Kalau ditambah dengan sisa beras kita hasilnya bisa lebih dari 4 juta ton, kan kita masih punya sisa 2,1 juta," kata Buwas saat menghadiri Rapat Kerja Menteri Pertanian Dengan Komisi IV DPR RI di Komplek Parlemen, Senin (21/1).

Menurut Buwas, alasan lain dari eksport ini adalah soal kapasitas gudang bulog yang hanya menampung 3,6 juta ton. Kalau dipaksakan, maka hasilnya bisa merusak beras secara perlahan. Untuk itu, ekspor merupakan langkah tepat untuk efisiensi dan menjamin pengawasan.

"Jadi, untuk mengawasi kelebihan itu, saya bekerjasama dengan beberapa menteri, termasuk menteri pertanian kita harus berupaya ekspor beras ke beberapa negera. Sudah kita petakan dan kita juga sudah membangun komunikasi, ternyata mereka juga membutuhkan beras," katanya.

Meski demikian, Buwas mengaku belum bisa menjelaskan secara detail berapa total eksport yang akan berlangsung nantinya. Kemungkinan besar, tahap awal yang akan dikirim sekitar kurang lebih 100 ribu ton.

"Kita lihat perkembanganya nanti. Yang pasti bagaimana caranya supaya petani tidak dirugikan. Artinya disaat gabah harganya tinggi petani juga harus bisa jual dengan nilai jual yang tinggi. Disaat panen raya harus kita serap. Intinya kita berprinsip petani harus untung dan jangan dirugikan," ujarnya.

Buwas juga menyatakan sangat hati-hati dalam menjalankan fungsi impor. Untuk komoditas jagung, ia menyampaikan Bulog mengimpor berdasarkan pesanan dan kebutuhan pengguna. " Kami tidak menjualnya dipasar bebas dan sangat selektif dalam pendistribusiannya. Bulog tidak ingin impor yang dilakukan merugikan petani jagung," jelasnya.

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menyatakan, Bulog menargetkan ekspor beras ke sejumlah negara tetangga pada pertengahan tahun 2019 mendatang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News