Bung Hatta Punya Rencana, Soeharto yang…

Bung Hatta Punya Rencana, Soeharto yang…
Bung Hatta dalam sebuah jamuan makan. Foto: Arsip Nasional Belanda.

Bagi dia, PDII merupakan antitoxine-obat pelawan racun-yang segar dan menyegarkan dalam suasana yang kusut masai pada waktu itu.

Kenapa PDII?

Entah pesona apa yang ada pada lelaki kelahiran Bukittinggi, 12 Agustus 1902 ini, baru saja diumumkan PDII langsung mendapat sambutan. Beberapa tokoh agama di Jakarta, seperti KH Abdullah Syafei, Ustadz Jamalulail dan lainnya menyatakan bergabung dengan PDII.

Tokoh Masyumi seperti Anwar Harjono juga menyatakan bergabung dengan partai-nya Bung Hatta. 

Satu persatu cabang PDII pun bermunculan. Sumatera Utara, Sumatera Barat, Palembang, Sulawesi Selatan dan “sejumlah kota universitas di Jawa sudah ada persiapan,” ungkap Deliar Noer.

“Pilihan pada PDII, antara lain karena PDII telah mencita-citakan dirinya sebagai partai kader. Sehingga sesungguhnya lebih sesuai dengan cita-cita HMI,” tulis Sulastomo, ketua HMI 1960-1966, dalam buku Transisi Orde Lama ke Orde Baru.  

Sejumlah dedengkot HMI memang turut menggagas kelahiran PDII. Di samping Sulastomo dan  Deliar Noer, ada Ismail Hasan Matareum, Norman Razak serta banyak lagi bila disebut satu persatu.

Pada paruh pertama 1967 Bung Karno lengser. Ini sesuai dengan apa yang diperkirakan Bung Hatta. Persiapan launching PDII sudah pula dimatangkan. Tapi rencana tinggal rencana. Penguasa baru rupanya tidak menghendaki kelahiran PDII. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News