Bung Karno: Kita Bangsa Pelaut!

Bung Karno: Kita Bangsa Pelaut!
Halaman 1 koran Merdeka, edisi 28 Februari 1957. Peresmian Akademi Ilmu Pelayaran jadi foto utama. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

“Banar apa tidak, itu adalah lain perkara, saudara-saudara. Apakah benar Sang Senopati, Sang Senopati Hangabei Loringpasar Sutowidoyo, Sutawijaya, yang mendirikan Kerajaan Majapahit, benar atau tidak, yaitu benar-benar kawin dengan Ratu Loro Kidul? Itu bukan soal sebetulnya bagi kita. Tetapi nyata bahwa ini berisi satu simbolik, kepercayaan ini berisi satu simbolik bahwa tidak bisa seseorang raja, bahwa tidak bisa sesuatu negara di Indonesia ini menjadi kuat jikalau tidak dia punya raja kawin beristrikan Ratu Loro Kidul.”

Menurut Soekarno, simbolik ini berarti bahwa negara hanya bisa menjadi kuat, negara Indonesia hanyalah bisa menjadi kuat jikalau ia juga menguasai lautan.

“Negara yang rakyatnya cuma hidup, hidup adem tentrem kadyo siniram banyu waju sewindu lawas di lereng-lereng gunung, kerajaan yang demikian itu tidak bisa menjadi kuat, apalagi menjadi sejahtera. Jikalau negara di Indonesia ingin menjadi kuat, sentosa, sejahtera, maka dia harus kawin juga dengan laut,” demikian paparan Bung Karno.

Sedemikian dalam pemahaman Bung Karno tentang sejarah dan kode-kode legenda, maka ketika meresmikan Akademi Ilmu Pelayaran (AIP) di Jl. Gunung Sahari, Mangga Dua, Ancol, Jakarta Utara, pada Rabu, 27 Februari 1957, ia menyematkan motto Nauyanam Avasyabhavi Jivanam Anavasyabhavi untuk akademi itu.

“Motto AIP; Nauyanam Avasyabhavi Jivanam Anavasyabhavi pemberian Bung Karno. Itu bahasa Sanskrit yang artinya di darat kita berkarya di laut kita berjaya,” kata Ronny Turangan, alumni AIP yang pernah menjabat Kepala Dinas Sejarah Markas Besar Angkatan Laut. (wow/jpnn)



Redaktur & Reporter : Wenri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News