Bupati Pengatur Negara

Bupati Pengatur Negara
Dahlan Iskan.

Tapi Enthus memang juga meninggal. Hari itu. Siang itu Enthus ke satu madrasah di kecamatan Jatinegara. Perbatasan Tegal-Pemalang. Menghadiri acara penutupan masa sekolah tahun ini.

Dengan membawa beberapa wayang golek. Pentas kecil-kecilan: wayang santri.

Setelah makan siang Enthus jalan lagi. Akan menghadiri pengajian. Di tengah jalan Enthus merasa sulit nafas. Lalu dimampirkan ke Puskesmas Jatinegara. Diperiksa. Tekanan darahnya tinggi. Gula darahnya: 400.

Enthus koma. Dilarikan ke rumah sakit Tegal. Di tengah jalan meninggal dunia: Senin, pukul 7 malam.

Terlalu muda untuk meninggal. Terlalu banyak yang masih harus diperbuat. Baik di kesenian maupun di pemerintahan.

Enthus memang menjabat bupati Tegal. Dia harus cuti karena mencalonkan diri lagi. Untuk sementara diganti pejabat yang kesurupan itu.

Posisi pencalonannya sangat kuat. Berpasangan dengan wakilnya yang sekarang: Umi Azizah. Hampir pasti akan terpilih lagi.

Enthus memang dekat dengan masyarakat. Kepopulerannya sebagai dalang terkemuka sangat membantunya terpilih. Tapi juga ada unsur nasib baiknya: pesaingnya, bupati yang lama yang juga mencalonkan diri, tiba-tiba meninggal dunia. Persis seperti Enthus sekarang.

Enthus, harus saya akui, sangat ganteng. Hidungnya, pipinya, dagunya, dahinya, telinganya, seperti kumpulan semua onderdil ganteng dikumpulkan di wajah Enthus.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News