Butet Suci

Oleh: Dahlan Iskan

Butet Suci
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

"Lakukan scan. Sekarang juga. Kirim ke HP saya. Lima belas menit lagi saya telepon balik," katanya. Rupanya ada pasien yang gawat.

Pembicaraan terputus lagi karena istri Butet muncul. Ia menyapa istri saya dalam bahasa daerah Kutai. Mereka pun ngobrol dalam bahasa itu dengan asyiknya.

"Istri saya Banjar, tetapi rumahnyi dekat ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara," ujar saya menjelaskan. Sedang istri Butet asli Kutai.

Ryu tidak hanya terkenal di kalangan medis, khususnya bedah saraf. Namanya juga sering disebut sebagai pemikir ketuhanan –terutama apakah Tuhan benar-benar ada.

Sebagai neuroscientist, dia mendalami sistem kerja saraf. Kalau ada waktu lagi saya akan bertanya padanya: apakah khusyuk itu gejala agama atau gejala saraf.

Jam pertunjukan pun tiba. Saya harus masuk ruang teater. Dalam gedung ini ternyata jauh lebih bagus daripada luarnya.

Butet muncul pertama memberi pengantar –jalannya cukup tegap meski pakai tongkat. Ia berbohong. Atau bohong sebagian.

Pentas Butet dikatakan absen lebih dua tahun karena pandemi. Ia tidak mengatakan absen itu karena ia sakit gawat nan lama.

Butet merasa seperti mendapat mukjizat bisa naik panggung lagi, padahal selama dua tahun dia didera sakit seperti tak tersembuhkan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News