Penguatan Tani Santri dan Santri Tani

Oleh: Harvick Hasnul Qolbi

Penguatan Tani Santri dan Santri Tani
Wakil Menteri Pertanian Harvick Hasnul Qolbi melakukan penanaman saat meresmikan kawasan budidaya tanaman nanas di Kelurahan Karang Jaya, Kecamatan Prabumulih Timur, Sumatera Selatan, Selasa (21/2). Foto: Dokumentasi Humas Kementan

jpnn.com - Kita sedang dihebohkan dengan keputusan Nahdlatul Ulama (NU) menerima konsesi tambang dari pemerintah. Sebagian kalangan mengkritik habis langkah NU, sebagian lain mendukung.

Sebagai nahdiyin, dan insyaallah akan terus demikian, saya memilih untuk netral saja.

Kedua pihak pasti punya pertimbangan kuat menyikapi keputusan NU yang saya yakini, meskipun beda sikap tapi berangkat dari perasaan yang sama: menyayangi NU.

Memang bukan maksud tulisan saya kali ini membahas tentang keputusan PBNU dalam perkara konsesi tambang.

Saya hendak membahas potensi terbesar kaum sarungan atau santri bagi pembangunan bangsa ini, yang ironisnya kerap dipandang sebelah mata yaitu: pertanian.

Agar mampu mendapat indikator yang solid tentang potensi ini, mari kita gunakan ukuran kebesaran NU sebagai rumah besar santri di negeri ini. Pada 2021, setidaknya 95 juta umat Islam di Indonesia mengaku sebagai nahdliyin.

Itu sudah hampir separuh dari total penduduk Indonesia dan mayoritas umat Islam kita. Latar belakangnya tentu saja beragam, dari mulai pedagang, guru, pegawai negeri, politisi, nelayan, hingga kaum tani.

Khusus untuk yang terakhir yakni kaum tani, barangkali ini adalah potret dominan warga NU di masyarakat.

Wamentan Harvick Hasnul Qolbi menganggap potensi terbesar kaum sarungan atau santri bagi pembangunan bangsa ini adalah pertanian.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News