Santri Tani Milenial Berhasil Kembangkan Pertanian Modern Berbasis Korporasi

Santri Tani Milenial Berhasil Kembangkan Pertanian Modern Berbasis Korporasi
Dirjen Hortikultura Kementan Prihasto Setyanto mengunjungi Pesantren Al-Ittifaq, Ciwidey untuk menyerahkan bantuan, Selasa (16/3). Foto Ditjen Hortikultura

jpnn.com, KABUPATEN BANDUNG - Kementerian Pertanian (Kementan) menjadikan pondok pesantren sebagai basis usaha di bidang pertanian atau agrobisnis modern berbasis korporasi. Upaya itu dilakukan guna meningkatkan minat bertani di kalangan generasi milenial.

Kementan menargetkan petani Indonesia ke depan diisi oleh orang-orang muda yang berakhlak mulia, yang dapat membawa pertanian lebih maju dan terdepan. Salah satu contohnya adalah Al-Ittifaq, pesantren modern di Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Di pesantren itu, santri tidak hanya diajarkan menghafal dan membaca ayat-ayat suci Alquran saja, tetapi juga dididik menjadi pengusaha bidang pertanian dengan penggunaan teknologi paling mutakhir.

Sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL), Dirjen Hortikultura Prihasto Setyanto mengunjungi Pesantren Al-Ittifaq dan menyerahkan hibah bantuan berupa benih sayuran, dan mobil box berpendingin roda 4 dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing hortikultura.

"Kementan memberikan bantuan kepada Pesantren Al-Ittifaq karena pesantren ini dinilai telah berhasil mendidik para santri menjadi orang-orang yang saleh dan saleha, serta menciptakan santri tani yang modern dan unggul di bidang pertanian," kata Anton, panggilan Prihasto Setyanto di lokasi kunjungan, Selasa (16/3).

Anton juga mengapresiasi para santri tani atas antusiasme mereka yang tinggi untuk bertani. Terlebih saat ini anak-anak muda justru lebih banyak yang menghabiskan waktunya bermain gim.

Selain itu, para santri tani dinilai sangat luar biasa. Mereka bisa mengombinasikan antara ilmu agama dan ekonomi. Lahan satu meter persegi bisa menghasilkan Rp 750 ribu per 30 hari.

"Kalau punya sepuluh meter persegi berarti rata-rata penghasilan santri mencapai Rp 7,5 juta per 10 meter perseginya," ucap Anton.

Kementan terus berupaya meningkatkan minat bertani di kalangan generasi milenial, termasuk para santri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News