Butuh Infrastruktur Distribusi demi Memaksimalkan Gas Domestik
"Harus berpikir, energi bukan semata komoditas tapi dari penguatan ekonomi, infrastrtuktur," tandasnya.
Jika dibandingkan disesel, pengunaan gas untuk kapasitas 100 MW akan menghemat Rp2 triliun per tahun. Kalau 200 MW akan menghemat Rp4 triliun per tahun dengan harga gas sekarang.
Nah, dari 90 persen gas yang diekspor sekarang hanya 60 persen yang digunakan ekspor. Ada 30 persen yang nganggur. Tapi 30 persen ini 'untaken' alias tak terpakai. Jika buyer luar negeri membutuhkan maka diambil lagi.
"Ketidakstabilan penyediaan gas ini menyebabkan konsumen selalu was-was dengan model kontrak gas yang tidak pasti ini. Hal ini melahirkan kontrak-kontrak jangka pendek," ucap Iwa.
Sementara, ekonom dan peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyata UGM, Fahmi Radhi, mengemukakan hal senada, keterbatasan jaringan pipa gas jadi faktor kunci rendahnya penyerapan di dalam negeri. Masalah kian pelik dibarengi dengan maraknya prakter trader gas, mereka yang tidak punya pipa tapi mendapat alokasi gas karena kedekatan politik.
Untuk mendukung penyerapan gas dalam negeri, juga jangan bergantung ke jaringan pipa karena proses pembangunan akan makan waktu lama. Untuk itu, model pembangunan mini terminal LNG Benoa, kata Fahmi, juga bisa digunakan diaplikasikan agar potensi besar LNG di dalam negeri bisa disalurkan ke berbagai daerah apalagi pemerintah sedang mendukung tol laut dan sektor maritim.
Fahmi meminta persoalan infrastruktur gas, mulai dari LNG Terminal/LNG Vessel dan Pipanisasi LNG oleh PGN dan Pertamina dituntaskan agar masalah tidak terulang. Karena Indonesia kepulauan dan sumber LNG di laut maka dibutuhkan terminal LNG baik kebutuhan besar maupun kecil. Jika, tidak ada infrastruktur di midstream maka terjadi pemindahan pengunaan PLTG dari gas ke diesel jumlahnya sekitar 10.000 MW.
"Kenapa model Mini Terminal LNG sangat dibutuhkan, karena cocok sesuai karakter negara kepulauan, menghemat anggaran negara, dan pengerjaan cepat. Ini bisa jadi salah satu solusi, jika dibangun di berbagai daerah tentu manfaatnya besar, lebih luas," tandas Fahmi. (jpg)
JPNN.com JAKARTA - Pengamat kebijakan energi dari Universitas Indonesia, Iwa Garniwa mengatakan serapan pasokan gas di dalam negeri karena tidak
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Holding Ultra Mikro Terus Berkembang, Berperan Memacu Inklusi Keuangan dan Pemberdayaan Perempuan
- Edukasi Investasi, Bibit.Id Jelaskan 3 Alasan Beli Sukuk Seri ST012
- Soal Warung Madura, Menkop Bilang Begini
- Bea Cukai dan Pemda di Sleman & Sulsel Bersinergi Dukung Program Pemanfaatan DBHCHT
- Proteksi Penting Dimiliki, Ini Kriteria Asuransi Penyakit Kritis Terbaik
- RUPST 2024, Bank Raya Rombak Susunan Dewan Komisaris dan Direksi, Ini Daftar Namanya