Buwas Sebut Bandar Narkoba Mulai Sasar Balita

Buwas Sebut Bandar Narkoba Mulai Sasar Balita
Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso (kiri) menyaksikan Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi (kanan) memusnahkan narkoba dengan menggunakan mesin di Lapangan Merdeka Medan, Kamis (19/10). Foto: SUTAN SIREGAR/SUMUT POS

Hal itu pula yang menjadikan Indonesia pangsa pasar bagi Bandar narkoba. Negara ini menjadi laboratorium penciptaan narkotika dunia.

"Seluruh narkotika di Indonesia laku. Seperti PCC, kemarin kita temukan ada 12 ton. Polisi mengungkap, namun tidak punya wewenang. Terjadi ego sektoral karena kewenangan menindak PCC itu di Balai POM. Ini dibiarkan dan terus-menerus. Hal ini ancaman. Ini masalah luar biasa, enak saja hal itu dianggap enteng," ceritanya.

Untuk itu, dia berharap seluruh jajaran di Provinsi Aceh dan Sumut kompak memberantas narkoba. Karena tidak ada satu provinsi pun yang clean and clear terhadap narkotika.

"Tapi banyak yang menyatakan, itu urusan Polisi, BNN, dan Bea Cukai. Kita ini banyak beranggapan yang menangani sudah ada, jadi BNN ini dianggap sudah mampu menangani narkotika. Padahal di atas kertas BNN ini tak ada apa-apanya. Sarana dan prasarana," sebut Buwas.

Diungkapkannya, pada 1840-1842 Tiongkok dirusak dengan candu oleh Inggris. Keadaan itu kini nyata di Indonesia. Menurutnya, negara ini mulai mengarah ke kejadian kala itu.

Apalagi sekarang ini banyak bermunculan kelompok-kelompok yang meminta pelegalan ganja. Buwas pun menyebut kelompok-kelompok ini sebagai pengkhianat negara.

"Ganja kok mau dilegalkan, itu kok aneh ya? Kalau mereka ingin bebas menggunakan ganja, narkotika, tinggal di negara yang membebaskannya. Kelompok-kelompok inilah yang merupakan pengkhianat negara," ketusnya.

Dia menegaskan, bandar narkoba harus dihabisi, bila perlu diesekusi masyarakat. "Yang bisa menembak, tembak saja. Mungkin bahasa saya asal-asalan kedengarannya, tapi ya itu karena saya tahu bagaimana mengerikannya ancaman dan bahaya narkoba di Indonesia," tegasnya.

Peredaran dan penyalahgunaan narkotika di Indonesia benar-benar mengkhawatirkan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News