BW Sebut Menjadi Pegawai KPK Lebih Sulit ketimbang Jadi Presiden

BW Sebut Menjadi Pegawai KPK Lebih Sulit ketimbang Jadi Presiden
Para pegiat antikorupsi melakukan ruwatan di Gedung Anti-Corruption Learning Center (ACLC) atau Gedung KPK Lama, Jakarta Selatan, Jumat (28/5), guna megusir energi jahat. Dalam aksi itu, para pegiat antikorupsi menganggap Ketua KPK Komjen Firli Bahuri melakukan sewenang-wenang terhadap 75 pegawai KPK yang tak lolos tes wawasan kebangsaan (TWK). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto angkat bicara terkait polemik tes wawasan kebangsaan (TWK) dalam rangka alih status pegawai lembaga anti rasuah itu menjadi ASN.

Dia menilai dengan adanya TWK itu, syarat untuk menjadi ASN di KPK lebih sulit dibandingkan dengan menjadi pegawai di instansi lain.

Pria yang akrab dipanggil BW itu membandingkan proses rekrutmen di KPK dengan instansi lain, termasuk syarat untuk menjadi kepala daerah.

"Menjadi anggota dewan atau kepala daerah, menjadi hakim agung bahwa anda punya integritas itu, buat pernyataan tunduk pada UUD. Ini (pegawai KPK, red) diuji," kata Bambang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Kamis (3/6).

Lebih lanjut, BW menyebut dengan perbandingan proses rekrutmen itu, telah terjadi diskriminasi terhadap para pegawai KPK.

"Untuk menjadi anggota KPK jauh lebih sulit ketimbang jadi hakim konstitusi, jadi kepala daerah, jadi presiden sekalipun," tegas pendiri KontraS itu.

Pria yang juga pendiri Indonesia Corruption Watch (ICW) itu juga menyebutkan ada kepentingan lain di balik lulus atau tidaknya pegawai KPK menjadi ASN.

"Sekarang kepentingannya apa? Itu yang penting," pungkas Bambang Widjojanto. (mcr8/jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:

Bambang Widjojanto angkat bicara terkait tes wawasan kebangsaan atau TWK terhadap pegawai KPK.


Redaktur & Reporter : Kenny Kurnia Putra

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News