Candi Borobudur Harus Dipasang Payung? Para Akademisi Bersuara
Stanley menilai Chattra atau payung berpotensi untuk secara simbolik mewakili imajinasi kolektif umat Buddhis tentang ruang sakral mereka.
Patut diingat bahwa dalam tradisi keagamaan manapun, ruang sakral berikut ornamen-ornamen pelengkapnya sebagai aspirasi umat.
Di samping bangkitnya kesadaran dan kepedulian pemuda-pemudi Buddhis di Indonesia terhadap isu chattra serta kemungkinan pemasangannya di stupa Borobudur dapat dibaca sebagai kebutuhan mendasar untuk beragama
"Itu untuk membayangkan sebuah cara hidup ideal yang bajik dan bermakna, baik bagi diri mereka maupun pihak lain," terangnya.
Sementara menurut Prawirawara Jayawardhana, chattra memiliki catatan sejarah dan dasar filosofi yang sangat jelas serta mendalam di dalam Buddhisme. Keutamaan itu terbukti baik menurut tradisi teks Pali maupun Sanskrit, maupun Sutrayana dan Tantrayana.
Prawirawara menjelaskan konsep payung sebagai pelindung bagi makhluk-makhluk suci, bisa ditemukan. Mulai dari Mucalindasuttam, hingga Lalitawistara Sutra, Gandawyuha Sutra, Karmawibhangga Sutra, Jatakamala hingga berbagai kisah di dalam Awadana.
"Candi Borobudur menyimpan catatan atas sutra-sutra tersebut dalam bentuk ukiran-ukiran relief di dindingnya,” terang Prawirawara.
Dia menyoroti selama ini, polemik pemasangan chattra hanya dibahas dari satu sisi keilmuan arkeologi. Menurut dia, sudah saatnya jawaban atas polemik ini juga dicari dari sisi filosofis Buddhisme itu sendiri karena pada dasarnya Candi Borobudur itu adalah dibangun berdasarkan filosofi Buddhisme.
Candi Borobudur haruskah diipasang Chattra atau payung? Para akademisi dan pakar bersuara
- Demi Peningkatan Literasi, Kemenag Siapkan 25 Tema Khotbah Jumat 2024
- Akhirnya, Sebanyak 3.641 Kuota Usulan Formasi Penghulu 2024 Disetujui KemenPAN RB
- Menyambut Perayaan Waisak 2568 BE di Candi Borobudur, InJourney Lakukan Berbagai Persiapan
- Lewat Aksi Cantik, Unilever Ajak Santri Putri Wujudkan Cita-Cita
- Kemenag: 75.572 Visa Calon Jemaah Haji Reguler Sudah Terbit
- Kementerian Agama Melibatkan Penghulu dan Penyuluh Jadi Aktor Resolusi Konflik