Catat! Santoso Bukan Syuhada, Tapi Teroris

Catat! Santoso Bukan Syuhada, Tapi Teroris
Santoso. Foto: JPNN

“Jadi upaya yang dibuat oleh simpatisan terorisme saat pemakaman Santoso itu bukan untuk pertama kali. Saat Amrozi dihukum mati, mereka juga berupaya demikian, “ kata Iswandi. 

“Ini seperti penyakit. Fundamentalisme agama itu bisa menular dan cara menularkannya bisa melalui mitos-mitos  seperti ini, awan di langit dan hal-hal tertentu. Bahwa dia adalah syuhada, banyak pengikut yang percaya. Padahal semua itu bohong,” katanya.

Iswandi juga juga menyesalkan kenapa ini dibesar-besarkan oleh para simpatisan  terorisme di beberapa media sosial. Menurutnya, ini akan menstimulasi dan menjadi semacam pembenaran dan mengarahkan pembentukan opini tertentu.

“Di situ saya melihat  para simpatisannya lihai dengan masalah opini ini. Ditambah, mereka tidak mendapat tempat peliputan yang layak di media massa, maka cara-cara seperti itu dianggap efektif untuk menularkan semangat juang terorisme itu,” katanya. 

Dia menganjurkan agar masyarakat lebih jeli melihat konteks persoalan. Media, menurutnya, sebaiknya tidak memberikan ruang yang besar untuk pemberitaan yang mendukung terorisme.

“Ini masalah keberpihakan di konteks kebangsaan. Jika media harus meliput, harus cover both side dan tidak menggiring opini seperti  para fans Santoso. Memang kalau tidak meliput, dianggap tidak fair. Tapi jika media melihat masalah ini dalam satu perspektif saja, itu kurang bijak,” kata Iswandi.

Menurutnya, fakta ini menunjukkan bahwa terorisme itu masih ada. Paling tidak, ada simpatisannya. “Terlihat dari realita spanduk dan penyambutan jenazah Santoso di Poso Pesisir,” kata Iswandi. 

Jadi perjuangan aparat keamanan belum berakhir dengan kematian Santoso.

JAKARTA - Anggapan bahwa gembong teroris Santoso mati syahid adalah kebohongan belaka. Klaim pengikut dan simpatisan Santoso yang didukung pemberitaan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News