Catatan Ketua MPR RI: Siasati Ancaman COVID-19 dengan Akal Budi Bersama

Oleh: Bambang Soesatyo

Catatan Ketua MPR RI: Siasati Ancaman COVID-19 dengan Akal Budi Bersama
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo atau Bamsoet sampaikan catatan terkait pandemi Covid-19, Minggu (4/7/2021). Foto: Humas MPR RI

Perlindungan itu tidak bisa didapatkan dari kekuatan lain, pun tak bisa dibeli dengan uang. Virus corona adalah musuh bersama yang wujudnya tidak jelas benar.

Virus ini tak bisa dilumpuhkan atau dieliminasi dengan kekuatan senjata tercanggih atau teknologi terkini sekalipun. Hanya dengan akal budi setiap orang dalam melaksanakan prokes, potensi penularan Covid-19 bisa dihindari.
 
Patut untuk disadari bersama bahwa faktor mutasi virus SARS-CoV-2 dengan ragam ancamannya itu menyebabkan durasi pandemi Covid-19 menjadi makin sulit untuk diperkirakan.

Bahkan, oleh karena keterbatasan vaksin serta masih adanya kelompok masyarakat yang tidak percaya akan adanya pandemi, hampir bisa dipastikan bahwa virus corona masih akan berada di sela-sela kehidupan semua orang untuk waktu yang lama.  
 
Sebelumnya, sempat diasumsikan bahwa berkat perkembangan ilmu farmasi dan ilmu kedokteran era terkini, durasi Pandemi Covid-19 bisa lebih pendek dibanding pandemi global di masa lalu. Ternyata, krisis kesehatan global sekarang ini sudah memasuki tahun kedua.

Bandingkan dengan pandemi Flu Spanyol yang berdurasi dua tahun lebih (Februari 1918 – April 1920). Digambarkan sebagai pandemi paling mematikan dalam sejarah umat manusia, para sejarawan mencatat bahwa flu Spanyol mewabah ketika ilmu farmasi dan kedokteran belum memiliki alat atau infrastruktur untuk mengembangkan vaksin. Mikroskop pada era itu bahkan belum dapat mendeteksi virus.
 
Pada krisis kesehatan global sekarang ini, mutasi virus SARS-CoV-2 terbukti tak bisa dicegah oleh teknologi terkini di bidang farmasi dan kedokteran. Untuk menghentikan penularan dan mutasi virus, kekuatan dan andalan utamanya masih tetap pada kesadaran semua orang untuk menggunakan akal budi masing-masing, utamanya dengan mematuhi prokes di masa pandemi.
Indonesia saat ini sedang mengalami lonjakan kasus baru  Covid-19 karena banyak orang lengah dan tidak peduli prokes. Masih banyak orang yang tidak menggunakan akal budinya untuk bersungguh-sungguh menghindar dari ancaman penularan Covid-19.

Tak hanya Indonesia, sejumlah negara di Eropa pun akan mengalami lonjakan kasus baru, karena kerumunan puluhan ribu orang dalam setiap pertandingan sepak bola Euro 2020. Usai pertandingan Inggris melawan Skotlandia misalnya, ditemukan lebih dari 2.000 orang terpapar Covid-19.
 
Seperti juga durasi pandemi global di masa lalu, durasi pandemi Covid-19 sekarang pun ditentukan oleh perilaku masyarakat. Semakin patuh masyarakat melindungi diri dengan kepatuhan pada prokes, pandemi Covid-19 akan lebih cepat berakhir. Sebaliknya, ketika semua orang yang berakal budi tidak realistis menyikapi krisis kesehatan sekarang ini, durasi pandemi akan berlarut-larut.

Akibat lalai pada prokes dalam pelaksanaan Euro 2020 misalnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai cemas karena ada potensi Eropa akan mengalami gelombang III pandemi Covid-19.
 
Pada Jumat (02/07) kemarin, sejumlah media melaporkan adanya penumpukan jenazah di RSUD dr Sutomo, Surabaya. Sangat memilukan. Berita foto yang viral itu pun dibenarkan oleh Direktur RSUD Sutomo.

Dijelaskan bahwa pada Kamis (1/7), terdata 27 pasien Covid-19 meninggal dunia di rumah sakit itu. Berita foto ini menjelaskan banyak aspek  tentang beragam akibat dari krisis kesehatan sekarang ini.

Mari, gunakan akal budi kita untuk mematuhi prokes agar tidak tertular Covid-19. (*/jpnn)

Simak! Video Pilihan Redaksi:

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo sampaikan catatan terkait pandemi Covid-19 di Indonesia.


Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News