Cegah Stunting di Banyuwangi, Muslimat NU Gencarkan Edukasi Gizi

Cegah Stunting di Banyuwangi, Muslimat NU Gencarkan Edukasi Gizi
Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU Erna Yulia Soefihara mengatakan PP Muslimat NU akan terus menyampaikan edukasi mengenai gizi kepada masyarakat terutama kader-kader NU. Foto: Dok PP Muslimat NU

jpnn.com, BANYUWANGI - Gizi buruk dan stunting hingga kini masih menjadi persoalan bagi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Hal itu terlihat dari data Dinas Kesehatan Banyuwangi yang mencatat prevalensi stunting dalam 2 tahun terakhir mengalami peningkatan.

Jika pada 2019 kasus stunting sekitar 8,1 persen atau sebanyak 7.527 anak, maka di tahun 2020 naik 0,1 persen menjadi 8,2 persen atau 7.909 anak yang berusia kurang dari lima tahun.

Kasus-kasus stunting dan gizi buruk tersebut tersebar di 25 kecamatan se Banyuwangi.
 
Melanjutkan edukasi gizi dan sosialisasi penggunaan produk susu kental manis, Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama PP Muslimat NU melanjutkan edukasi langsung dengan kader dan masyarakat, yang sebelumnya juga telah dilakukan di 8 provinsi di Indonesia.

Kegiatan sosialisasi yang dilakukan di Banyuwangi pada Sabtu (5/3) lalu dihadiri oleh Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU Erna Yulia Soefihara, Ketua Harian YAICI Arif Hidayat dan Ahli Gizi Anik Fitri Andriyani, Amd.
 
Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU Erna Yulia Soefihara mengatakan PP Muslimat NU akan terus menyampaikan edukasi mengenai gizi kepada masyarakat terutama kader-kader NU.

Sebab, pemahaman mengenai gizi berkaitan langsung dengan Kesehatan anak dalam keluarga.
 
“Mengenai stunting, yang pertama kali terganggu itu aalah otak anak. Begitu anak lahir, otak anak Tidak berkembang sebagaimana mestinya, ini adalah akibat ketidaktahuan ibu,” jelas Erna Yulia Soefihara, kata Erna Yulia Soefihara.
 
Erna juga menegaskan untuk membatasi konsumsi gula harian. Sebab, gula adalah media yang paling disenangi sel-sel kanker.

“Konsumsi makanan minuman tinggi gula sebaiknya dihindari. Penderita kanker sebaiknya membatasi konsumsi gula, apalagi susu kental manis, ini sangat disukai sel-sel kanker untuk tumbuh,” pungkas Erna.
 
Ahli Gizi Anik Fitri Andriyani Amd meminta masyarakat untuk mengatur pola makan keluarga dengan memperhatikan konsep isi piringku.

Anik Fitri menjelaskan bahwa kebutuhan asupan makanan antara anak-anak dan orang dewasa berbeda.

Gizi buruk dan stunting hingga kini masih menjadi persoalan bagi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News